Jakarta: Kebiasaan tidur siang bukan sekadar mengembalikan stamina, namun juga bermanfaat bagi kesehatan. Sebuah studi terbaru menemukan mereka yang tidur siang lebih cenderung mengalami penurunan tekanan darah yang nyata, dibandingkan dengan mereka yang tidak tidur siang.
"Tidur siang hari tampaknya menurunkan tingkat tekanan darah pada besaran yang sama dengan perubahan gaya hidup lainnya, seperti pengurangan garam dan alkohol menurunkan tingkat tekanan darah hingga 3 hingga 5 mm Hg," kata ahli jantung di Asklepieion General Rumah sakit di Voula, Yunani dan salah satu penulis studi, Manolis Kallistratos.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sementara Kallistratos menambahkan bahwa, obat antihipertensi dosis rendah biasanya menurunkan tingkat tekanan darah rata-rata sebesar 5 hingga 7 mm Hg. Selain itu, untuk setiap 60 menit tidur siang, tekanan darah sistolik rata-rata dalam 24 jam menurun 3 mmHg.
"Temuan ini penting karena penurunan tekanan darah sekecil 2 mm Hg dapat mengurangi risiko kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung hingga 10 persen," kata Kallistratos seperti dikutip Science Daily.
Sehingga ia anggap, tidur siang memiliki manfaat untuk tekanan darah tinggi tanpa memerlukan biaya apapun. Ini adalah studi pertama yang secara prospektif menilai pengaruh tidur siang pada tingkat tekanan darah di antara orang-orang yang tekanan darahnya cukup terkontrol.
Tim peneliti yang sama sebelumnya menemukan tidur siang hari dikaitkan dengan penurunan tingkat tekanan darah.
"Semakin tinggi tingkat tekanan darah, semakin nyata upaya untuk menurunkannya. Dengan memasukkan orang-orang dengan tekanan darah yang relatif terkontrol dengan baik, kita dapat lebih percaya diri bahwa setiap perbedaan yang signifikan dalam tekanan darah kemungkinan disebabkan oleh tidur siang," kata Kallistratos.
Penelitian ini melibatkan 212 orang dengan tekanan darah rata-rata 129,9 mm Hg. Mereka rata-rata berusia 62 tahun, lebih dari setengahnya adalah perempuan. Sekitar satu dari empat peserta adalah perokok atau menderita diabetes tipe 2.
Kelompok-kelompok itu serupa dalam hal faktor risiko penyakit jantung, kecuali ada lebih banyak perokok di kelompok tidur siang. Para peneliti menilai dan mencatat tekanan darah selama 24 jam berturut-turut.
Waktu tidur siang berdurasi rata-rata 49 menit, dengan kebiasaan gaya hidup mereka. Misalnya, konsumsi alkohol, kopi atau garam, tingkat aktivitas fisik, dan kecepatan gelombang nadi, ukuran kekakuan di arteri.
Para peserta mengenakan monitor tekanan darah rawat jalan untuk mengukur dan melacak tekanan darah secara berkala selama kehidupan rutin sehari-hari, tidak hanya sekali. Para peserta juga menjalani ekokardiogram, ultrasound jantung yang menunjukkan struktur dan fungsinya.
Dalam analisis mereka, para peneliti menyesuaikan faktor-faktor yang diketahui memengaruhi tingkat tekanan darah, termasuk usia, jenis kelamin, gaya hidup, dan obat-obatan. Tidak ada perbedaan dalam hal jumlah obat antihipertensi di antara kedua kelompok, dan tes kecepatan gelombang nadi dan ekokardiogram juga serupa.
Secara keseluruhan, rata-rata tekanan darah sistolik 24 jam adalah 5,3 mm Hg lebih rendah di antara mereka yang tidur siang dibandingkan dengan mereka yang tidak (127,6 mm Hg vs 132,9 mm Hg).
Ketika melihat kedua angka tekanan darah, orang yang tidur pada siang hari memiliki pembacaan yang lebih menguntungkan (128,7 / 76,2 vs 134,5 / 79,5 mm Hg). Tampaknya juga ada hubungan linear langsung antara waktu tidur dan tekanan darah. Untuk setiap jam tidur siang, tekanan darah sistolik 24 jam rata-rata turun sebesar 3 mm Hg.Baca juga: Beberapa Penyakit yang Menyebabkan Anda Mudah Marah
"Kami jelas tidak ingin mendorong orang untuk tidur berjam-jam pada siang hari, tetapi di sisi lain, mereka seharusnya tidak merasa bersalah jika mereka bisa tidur siang sebentar. Mengingat potensi manfaat kesehatan," kata Kallistratos.
"Meskipun kedua kelompok menerima jumlah obat yang sama dan tekanan darah terkontrol dengan baik, masih ada penurunan tekanan darah yang signifikan di antara mereka yang tidur siang hari," terangnya.
Studi yang dipresentasikan di Sesi Ilmiah Tahunan ke-68 American College of Cardiology tersebut memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi temuan mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)
