Menteri BUMN Erick Thohir dalam program Newsmaker. Medcom.id
Menteri BUMN Erick Thohir dalam program Newsmaker. Medcom.id (Medcom)

Newsmaker by Medcom.id

Strategi Baru Erick Thohir di BUMN, Merger Perusahaan Hingga Bentuk Holding UMKM

Medcom • 10 Oktober 2021 21:09
Jakart: Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ingin perusahaan pelat merah Indonesia bisa menembus pasar dunia pada 2023. Dia ingin BUMN menjadi pemain global yang bisa melayani kepentingan nasional dan meningkatkan daya saing.
 
Berbagai strategi pun dalam proses menuju proyek strategis dan akan dikerjakan mulai tahun ini hingga 2 tahun mendatang. Beragam strategi dipersiapkan Erick Thohir sebagai komando utama seluruh BUMN di Indonesia.
 
Pandemi covid-19 membuat beragam strategi harus dimodifikasi. Sebab, bisnis sejumlah BUMN terdampak.
 
CEO Medcom.id Metro TV Kania Sutisnawinata berkesempatan mewawancari Menteri BUMN Erick Thohir dalam program Newsmaker. Berikut perbincangan lengkap yang bertajuk Strategi Baru Erick Thohir di BUMN tersebut: Pak Erick, apa kabar?
Baik
 
Senang sekali bisa berbincang bincang-langsung.
Sama sama, pastinya.
 
Apa kabarnya, Pak? Tapi sehat ya? Sibuk sekali kelihatannya?
Sehat sehat. Banget.
 
Ini memang konteksnya kita mau bicara soal tahun kedua, periode kedua pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Lalu kalau kita bicara sekarang per sektornya, dari kacamata Pak Erick sendiri, mana kiranya milestone yang perlu disampaikan? Kita bicara mungkin dari sektor keuangan terlebih dahulu kah? Atau misalnya ada sektor farmasi? Ada sektor konstruksi dan lain sebagainya. Catatan Pak Erick seperti apa?
Mungkin sebelum ke situ, saya mau ambil dikit moment, ya. Moment artinya begini, kadang kadang kan kita planning sesuatu, tiba-tiba ada sebuah kejadian besar yaitu covid-19. Dan mungkin banyak pihak memikir ini menjadi kemunduran sebuah bangsa.
 
Tetapi kalau kami di Kementerian BUMNjustru melihatnya berbeda. Justru ini momentum terjadinya percepatan, karena suka tidak suka, semua bisnis strategi berubah. Efisiensi harus terjadi dan juga digitalisasi yang sangat amat cepat. Yang akhirnya, ini merupakan suatu terobosan, yang suka tidak suka, kita harus lakukan.
 
Kalau bukan (masa) covid-19, pasti lebih banyak yang against(menentang).Cuma karena sekarang justru ini menjadi semua ritme yang menjadi satu, antara pemerintah, masyarakat, kalangan pengusaha. Semua.
 
Jadi, memang selain di awal-awalnya yang Kania waktu itu sudah wawancara, kita struktur dari Kementeriannya dulu waktu itu, lalu penempatan orang, lalu job-desk, lalu Consumer Price Index (CPI) nya, lalu juga core values-nya.
 
Tetapi yang kita terus ini lagi push ke DPR dan DPR-nya sangat respons. Dan Bapak Presiden, Menteri Keuangan, dan banyak pihak juga mendukung. Yaitu kalau mau BUMN ini lebih cepat lagi bertransformasi, ya salah satunya mengenai RUU BUMN yang sedang kita bicarakan.
 
Karena, di RUU BMN itu ada tiga konteks besar. Satu, bagaimana kita diberi kesempatan untuk menutup, karena supaya direksi BUMN ini jangan terjebak begini, "Yaudah, kalau (BUMN) rugi negara yang hadir, toh kita sudah enggak di sini."
 
Nah, mentalitas ini ya harus kita dapat tutup atau merestruktur, menggabungkan.
 
Jadi yang prosesnya selama ini lama karena berbagai pihak, ini kita harus menjadi terobosan. Nah, jadi ketika tadi yang disebutkan di awal ini bisa dapat ini, ini tambah lagi. Ini secara Kementeriannya.
 
Tentu yang kita harapkan juga bagaimana pola pikir kementerian ini kan, selain menjadi service, tetapi juga dia perlu dapat tadi yang namanya appreciation. Karena itu kita meminta satu persen dari dividen juga masuk di Kementerian, supaya semua berpikir dividen.
 
Sekarang kita masuk ke apa yang dibutuhkan Indonesia ke depan.

Erick bicara restrukturisasi BUMN

Boleh dievaluasi dulu Pak kinerja BUMN sejauh ini?
Ya, saya rasa kalau kita lihat kan ini sangat berat. Kenapa?
 
Persepsi yang terbentuk untuk BUMN, korup. Persepsi yang dibentuk, akhirnya banyak utang. Persepsi yang dibentuk ini justru jadi menara gading yang menyulitkan semua orang.
 
Tetapi kan sekarang kalau kita lihat apa yang terjadi hari ini, kita sudah membuktikan. Bahwa utang-utang yang dimiliki BUMN itu kita restrukturisasi. Tetapi bukan restrukturisasi, mohon maaf kadang-kadang, yaudah sekedar nanti nunggu menterinya ganti. Enggak!
 
Kita memastikan restrukturisasi ini jangka panjang. Apa yang terjadi di PTPN, bagaimana kita kembalikan PTPN ke core bisnisnya. Kemarin impact-nya sudah terlihat. Yang tadinya targetnya rugi, sekarang untung Rp2,3 triliun, revenue-nya naik 37 persen.
 
Begitu juga Krakatau Steel dengan segala efisiensi dan strategi-strategi lain juga. Bottom line-nya atau untungnya sekarang ada. Nah ini persepsi utang ini kita perbaiki. Bahwa yes, kita ada utang. Yes ada kesalahan masa lalu, Kita tidak mau siapa menuduh siapa.
 
Sekarang, kita bisa buktikan kalau punya niat baik dan konsep yang jelas, ini bisa dilakukan. Yang lainnya juga kembali konsolidasi.
 
Kalau sampai ke opsi penutupan tadi Pak, yang sempat disebut-sebut, memang sekarang masih dirancang? Kurang lebih nanti akan seperti apa? Artinya, menuju ke sana? Apakah sekarang sudah ada daftar BUMN yang akan ditutup?
Ya saya rasa kalau penutupan, memang kan kembali lagi, kita bukan istilahnya asal menutup.
 
Yang namanya digitalisasi saja itu mengganti pekerjaan, yang seperti ini jadi seperti itu. Jadi banyak pekerjaan yang hilang. Sama juga yang namanya korporasi pasti dengan perubahan digitalisasi dengan perubahan tadi momentum pascapandemi covid-19. Banyak juga yang berubah bisnis modelnya dan kita sudah buktikan.
 
Dulu, beberapa perusahaan yang namanya Nokia, sekarang kan enggak ada lagi juga.
 
Nah, berarti adaptasi ini yang harus terjadi. Itu yang kita transformasi, BUMN balik kepada corebussines-nya. Tetapi harus menjadi champion, apakah dia berpartner dengan swasta atau siapa pun, kita terbuka. Tetapi mesti membuat itu lebih excellent.
 
Itu juga sekarang kan udah mulai kelihatan hasil hasilnya.
 
Mungkin kalau kita bisa bicara contoh saja, misalnya di rumah sakit. Rumah sakit itu awal niatnya hanya konsolidasi rumah sakit. Karena Pertamina punya, Pelindo punya, PTPN punya. Bukan diurus yang ahlinya rumah sakit.
 
Perkebunan, ya udahlah,mengurus perkebunan. Rumah sakit dikasih ke yang (mengurus) rumah sakit.
 
Niat awalnya digabungin, supaya lebih baik, punya expertise. Tetapi kan yang luar biasa sambutan masyarakat dengan adanya rumah sakit BUMN. Dan kita masuk ke sendi-sendi pada saat penanganan covid-19.
 
Ini menjadi momen yang luar biasa bagi BUMN tadi, menaikkan kelas standarnya. Nah yang kayak begini-begini, kita lakukan konsolidasi itu. Banyaklah itu. Ada di energi, di kesehatan, nanti di pangan, banyak sekali PR-nya.
 
Jadi kalau boleh diidentifikasi, yang sekarang ini di sektor tulang punggung untuk BUMN itu sektor apa saja?
Ya, kalau hari ini kita suka tidak suka, kalau bicara dividen, 108 yang sudah dikonsolidasikan menjadi 41. Ya memang, dividen terbesar dari Himbara dan Telkom.
 
Nah, tapi sebenarnya hari ini penting kita membangkitkan tadi. Kesehatan kita, dan juga perkebunan serta pertanian kita.
 
Yang ke depan ini menjadi tulang punggung yang baik, karena sumber daya alam akan hilang. Transisi-transisi ini kan tidak panjang. Makanya saya genjot juga Pertamina dan PLN mesti bertransformasi.
 
Itu sebuah realita yang enggak bisa kita lakukan memang.
 
Di era sustainability, banyak bicara mengenai zero emission dan lain sebagainya, green economy, mau tidak mau memang harus bertransformasi. Peta jalannya seperti apa Pak kira-kira?
Kalau kita lihat untuk Pertamina sendiri, kan kemarin sudah holding.Suka tidak suka, kita masih harus ada subsidi BBM. Nah, itu tetap di holding-nya.
 
Tetapi di sub holdingnya itu kita mau korporasi yang sehat. Karena itu kita coba bagikan sub-holding hulu. Gabung yang hulu-hulu. Sub-holding hilir, yang hilir-hilir.
 
Yang tadinya perkapalan, hanya bisnis perkapalan sunset industry. Kita sekarang gabungkan menjadi maritim integrated logistic. Jadi tidak hanya ada kapal, ada pelabuhan, ada storage-nya. Ini upaya merapikan yang kita lakukan
 
Belum lagi kita mulai masuk ke geothermal.Karena ini sesuatu yang memang harus dilakukan.
 
Tentu, akhirnya banyak pertanyaan, berarti bisnisnya PLN diambil Pertamina? Tidak seperti itu. Dari dulu, PLN pembangkitnya itu dimiliki oleh banyak pihak. Kenapa sekarang tidak kita lakukan?
 
PLN lebih fokus kepada distribusi dan ritel yang memang masih menjadi kekuatannya hari ini dan masih monopoli. Tetapi kan kita enggak tahu dengan era sekarang yang namanya green economy.
 
Orang sudah bisa pasang listrik sendiri di rumah, solar panel. Orang memasang itu di mana, kan kita enggak tau. Akhirnya monopolinya akan hilang. Berarti PLN sendiri harus mereposisi strateginya yang salah satunya yang tadi. Fokus saja ke ritel, distribusi. Tetapi kita sehatkan.
 
Yang memang harus diubah, karena EBT (energi baru terbarukan) pada 2060. Dan ini gila! Di 19 tahun pertama itu harus 21 gigawatt, 15 tahun ke depan mesti (tambah) 29 gigawatt.
 
Sangat berat kalau kita enggak kolaborasi. Siapa yang terbaik kolaborasinya? Salah satu yang terbaik, kan rekan BUMN sendiriselain swasta yang memang sudah punya juga power plant. Tetapi, power plant-nya juga fosil. Nanti harus diganti ke reliable energy yang perlu duit banyak.
 
Nah, kan sama-sama kolaborasi.
 
Yang namanya kesehatan, energi, pangan tetap menjawab pertanyaan Kania yang pertama, tiga itu tetap. Walaupun di segmen titik-titik-titiknya ya ada sebuah pengembangan baru, ya kan pasti.

Menteri Erick blak-blakan soal holding pangan

Kalau sekarang yang masih ditunggu soal holding pangan. Itu yang masih akan di kuartal keempat targetnya kalau enggak salah?
Ya, itu yang tidak mudah
 
Tidak mudah. Tetapi itu di masa depan kita semua ya Pak, kurang lebih?
Dengan 270 juta penduduk, kita juga mesti pastikan penduduknya kita enggak lapar. Ya kita harus mulai menjadikan Indonesia bagian lumbung buat kita sendiri, dan lumbung pangan dunia yang seperti diminta Bapak Presiden.
 
Ini sebuah momentum yang luar biasa. Ya karena Allah baik sama kita, ya mataharinya enggak berhenti, lautnya besar, tanahnya subur. Ini momentum di mana negara negara lain tadi masih berkutat hanya dengan covid-19. Kalau kita punya celengan.
 
Nah, ini yang harus kita coba benar-benar eskalasi pangan ini. Jadi udahlah, jangan impor-impor pangan terus.
 
Peran holding BUMN pangan ini ke depannya akan seperti apa? Mengapa itu kemudian akan bermanfaat buat kita?
Itu yang sudah kita inisiasi beberapa pertemuan dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan. Simple, "ayo, buka data, berapa produksi dalam negeri, berapa yang harus diimpor."
 
Bagaimana sekarang kami di BUMN coba menekan impor. Tetapi yang memang tidak bisa kita lakukan ya sudah.
 
Contoh, kalau kita bicara garam industri, hari ini ya memang kita harus impor. Karena garam yang ada di kita itu (garam) konsumsi. Tetapi apakah suatu hari ada penemuan yang sangat canggih mengenai industri garam, ya mungkin saja.
 
Manusia sangat luar biasa dikasih Allah kepintarannya. Tetapi hari ini belum. Sama seperti gula, kalau memang yang namanya rafinasi ya memang kita belum siap. Tetapi yang (kebutuhan) konsumsi, kita lakukan perbaikan-perbaikan.
 
Nah, yang penting mapping-nya. Apalagi, kemarin sudah keluar Bapak Presiden mengeluarkan Badan Pangan Nasional. Dimana salah satunya ingin memastikan, ketika ada rapat, datanya sama dan supaya pemerintah juga bisa melakukan stabilisasi pasar.
 
Dengan proyeksi yang benar dan data yang benar?
Nah itu! Sudah waktunya juga. Sudahlah, petani ini kita lindungi, kita jaga. Tetapi dengan data-data yang baik, dengan keberpihakan yang baik, kita sama-sama lakukan itu.
 
Kami di (sektor) pangan, kemarin coba meluncurkan program yang namanya Makmur.
 
Bagaimana kami ingin mendampingi si petani dengan pupuk non-subsidi, tetapi peningkatan in come. Nanti pasarnya kita harus create buat mereka. Nah ini sama-sama kita coba benahi.
 
Tidak mungkin kami berhasil kalau tidak didukung Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan yang juga sahabat-sahabat saya.
 
Jadi kalau sahabat-sahabat sendiri koordinasinya lebih enak ya?
Harus, mesti lebih enak dong. Sama orang lain yang enggak sahabat aja enak.

Erick bicara soal pandemi, kesehatan, dan farmasi

Vaksin merah putih
Kepala Badan POM Penny K Lukito mengunjungi ITB terkait perkembangan Vaksin Merah Putih. Dok. Humas ITB
 
Sempat disebut-sebut tadi soal sektor kesehatan, sektor farmasi terutama ya. Pengalaman panjang dimiliki BUMN farmasi kita. Dengan adanya pandemi ini, sektor ini diproyeksikan terus bertumbuh. Mungkin yang sering juga disebut soal vaksinasi yang jadi elemen penting dalam melindungi masyarakat Indonesia dari covid-19.
 
Kalau kita bicara mengenai vaksin, vaksin buatan sendiri itukan impian kita bersama. Itu rencananya seperti apa? Kan ada vaksin (buatan) BUMN, Vaksin Merah Putih. Itu kapan kira-kira bisa diluncurkan?

Kalau misalnya farmasi itu sangat dekat dengan RnD (riset dan pengembangan). Sejak 1998, RnD kita cukup menurun.
 
Karena itu Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden kemarinitu melahirkan dan mengkonsolidasikan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Supaya tadi, yang RnD biayanya tercecer, jadi satu kekuatan.
 
Kami di BUMN itu melakukan perubahan. Itu kita bilang kepada BUMN-nya, RnD kembalikan saja ke universitas. Kita korporasi, kita yang mengkomersialisasi. Karena apa? RnD ini bukan expert-nya BUMN. Tetapi bangsa Indonesia perlu terobosan RnD.
 
Makanya, kembali kalau kita bicara vaksin, kan sejak awal kami ditugaskan bekerja sama dengan lembaga Eijkman. Kita juga bekerja sama dengan berbagai universitas di Indonesia. Itu kita lakukan.
 
Bukannya kita tak percaya pada penemuan dalam negeri. Kalau kita di korporasi, harus punya plan A B C. Kita tidak mau terus-menerus impor vaksin. Jadi, Vaksin Merah Putih ada, mungkin vaksin Nusantara ada. Antara swasta dengan berbagai pihak universitas. Kami juga melakukan terobosan.
 
Kemarin, Ibu Menlu (Menteri Luar Negeri Retno Marsudi) pergi ke Amerika Serikat. Harusnya saya pergi tapi tidak bisa karena banyak sekali pekerjaan. Tapi Bu Menlu berkenan didampingi Wamen BUMN, dan Wamenkes, Ketua BPOM, dan MUI.
 
Kebetulan vaksin dari BUMN sendiri itu sudah bekerja sama dengan Baylor University dan sudah terdaftar di WHO. Di sini sudah uji klinis, kalau tidak salah sudah uji klinis ke dua.
 
Kita coba ini push.Supaya apa? April atau Mei 2022, entah yang namanya vaksin Merah Putih, Nusantara, atau BUMN, paling tidak kita bisa menekan pembelian (vaksin) secara besar-besaran oleh pemerintah, yang dimana pemasukan pemerintah kan sekarang cukup ketat juga kan.
 
Betul, Jadi itu salah satu solusinya ke depan dimana BUMN bisa ikut berperan di situ
 
Ya, kita berkontribusi lah.
 
Vaksin buatan Indonesia. Buatan sendiri tentunya itu sangat membanggakan, Pak Erick.

Menteri Erick ungkap holding BUMN Ultra Mikro

Pak Erick, saya juga ingin menyinggung soal ada satu yang tidak disebut-sebut, padahal itu juga sebuah prestasi juga. BUMN Ultra Mikro. Holding BUMN Ultra Mikro yang baru saja September kemarin ditetapkan.
 
Interview cuma tiga puluh menit. Kalau sejam ceritanya lebih banyak. (Tertawa)
 
Kalau sejam mungkin nanti kita buat episode berikutnya, Pak Erick.Tapi mungkin boleh highlight-nya apa Pak? Kira-kira itu ke depan, ini yang nanti katanya akan dibawa ke G20 juga Pak?
 
Jadi begini, memang kalau kita lihat kalau krisis '98 itu kan impact-nya karena finansial banyak di perusahaan besar. Tapi hari ini, karena covid-19, impact nya ke tulang sumsum. Jadi, UMKM pun semua terkena.
 
Kalau kita lihat ini ya, negaramemang harus benar-benar hadir. Kita harus juga berpihak.
 
Nah, karena itu, kemarin ketika banyak pikiran bagaimana kita meningkatkan UMKM. Apalagi Pak Presiden sudah menargetkan hingga 30 persen. Kita tidak bisa diam, kita harus tingkatkan.
 
Karena kalau kita benchmarking dengan negara tetangga, Thailand dan Malaysia saja sudah 50 persen pembelian UMKM. Kita baru 20 persen.
 
Kendalanya apa, pak?
Ya, banyak lah. Ya, kan?
 
Tentu dengan digitalisasi lagi ini kembali. Karena kita ini kepulauan, tingkat pendidikannya berbeda, nah ini (digitalisasi) memudahkan.
 
Karena itu, holding BUMN Ultra Mikro dibentuk dengan target 57 juta UMKM itu karena 30 juta di antaranya belum bank-able. Makanya, kita coba ambil dari bawah, dengan menggabungkan BRI, PNM, dan Pegadaian.
 
PNM itu punya database sekarang 10,8 juta nasabah ibu-ibu dengan tingkat NPL 0,13 persen. Rendah banget, pinjamannya Rp1,4 juta. Nah, mereka kan mesti naik kelas.
 
Kalau ada BRI, kan bisa bersinergi. Dan kebetulan BRI juga perlu nasabah baru. Karena memang bank itu di tingkat future nasabah.
 
Tapi untuk menjadikan mereka bank-able, caranya?
Dengan mempunyai program yang jadi satu. Sekarang kan kantor PNM, BRI, Pegadaian itu sudah jadi satu kantor. Di bawah bendera senyum.
 
Nah, itu kata-katanya yang muda-muda saja. Karena sekarang singkatan-singkatan pusing, lah. Walaupun senyum itu singkatan, ya.
 
Tapi paling tidak, kita punya mesin yang besar. Sehingga pendanaan juga lebih murah dan mudah. Ini yang coba kita konsolidasikan.
 
Kenapa? Ya tidak mungkin, contoh misalnya si agen dari pada AO PNM itu kan cuma kurang lebih 45 ribuan. BRI punya footprint itu ratusan ribu, 465 ribu kalau tidak salah. Bayangkan, kalau ini digabungkan jadi 500 ribu. Bisa menawarkan produk yang sama.
 
Jadi, kekuatan penggabungan ini ya yang akan diandalkan?
Dan ini ibu-ibu. Nah ini yang kita coba push. Supaya, benar-benar UMKM ini naik kelas. Kita coba bantu sama-sama. Saya yakin bisa lah.
 
Kalau kemarin Mekar itu bisa naik satu setengah tahun 5,2 juta tambahan, sehingga totalnya sekarang 10,8 juta, saya yakin ke depan bisa kita lakukan.
 
Dan ini, kenapa G20 juga kita ingin benchmarking BUMN dengan banyak negara. Kita undang Tiongkok, Norwegia, pokoknya negara-negara yang punya BUMN. Kita ingin benchmarking,tetapi jangan malu-maluin.
 
Kita kasih liat juga bahwa kita punya kekuatan. RnD-nya belum, tapi gotong-royong kuat.
 
Nah kita dorong gotong-royong nya saja. Jadi kita jangan cari yang kalahan, tapi kita cari yang menangan. Gotong royong kita menang.

Menteri Erick ungkap peta BUMN di masa depan

Pak, kalau kita bicara soal tata kelola, boleh dong Pak bicara tentang tata kelola. Kan, salah satu strategi yang sempat di-sounding Bapak Erick tata kelola ini menjadi penting. Apa, Pak yang mungkin bisa jadi milestone?
Nah, ini yang tadi kita rapat juga bersama Komisi VI DPR. Bagaimana kita harus mendorong Undang-Undang BUMN jadi, ini menjadi check and balance.
 
Kebayang tidak, kalau misalnya, transformasi teknologi digital yang cepat banget, kita melihat ada perusahaan yang tidak sehat. Kompetisinya sudah hilang, karena jenis pekerjaan juga hilang, berubah jadi yang baru.
 
Ini sama, perusahaan juga bisa lho.
 
Berubah tapi tidak dibuang kan Pak?
Ya, tapi begini poinnya. Dia sudah kalah bersaing dan memang industrinya sudah tidak di situ, sudah berbeda. Ya, kan?
 
Kita misalnya bicara percetakan, kalau sekarang cetak kertas terus. Sekarang semuanya sudah digital print. Kayak contoh-contoh seperti ini, kita perlu proses panjang untuk tadi. Merger atau menutup butuh 9 bulan sampai setahun, ya keburu sekarat.
 
Starateginya sudah keburu diambil orang. Nah ini lah, kita juga mau melakukan tadi, bagaimana ini bisa menjadi sebuah kebijakan yang bisa dilakukan BUMN tanpa mengurangi. Komite privatisasi yang dipimpin oleh Pak Menko (Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto), Ibu Menkeu (Menteri Keuangan Sri Mulyani), itu tetap berjalan.
 
Karena apa? BUMN itu kan milik negara, milik rakyat. Jadi tidak bisa saya melakukan seenak saja.
 
Tapi, kalau untuk menutup atau merger, itu saya rasa sesuatu yang bukan muluk-muluk. Dan itu kita saling bantu, kok.
 
Kita sangat zalim, kalau kita lihat dari 2008 ada perusahaan-perusahaan yang sudah tidak operasi. Terus mau diapain? Mau dijadikan pajangan? Kan tidak, kita harus lakukan.
 
Menteri BUMN Erick Thohir cek kesiapan fasilitas mobil listrik
Menteri BUMN Erick Thohir memastikan kesiapan infrastruktur mobil listrik. Dok. PLN
 
Tadi Bapak bilang ada 108 BUMN catatan per tahun 2020 kemarin ya, berarti sekarang harapannya semakin menyusut.
Sekarang kalau dikonsolidasikan sudah 41. Tapi di dalam 41 itu, masih ada puluhan yang kita mulai gabung-gabungkan sekarang.
 
Jadi kita coba lakukanlah, kita coba perbaikan di sana-sini.
 
Berarti itu asetnya saja sudah sembilan ribu, ini di eranya Pak Jokowi saja sudah Rp9.100 triliun aset BUMN. Dua kali lipat GDP Indonesia 2020.
 
Pendapatan BUMN Rp1.900 triliun, pendapatan negara Rp1.600 triliun. Ya, lebih besar juga.
 
Profitnya Pak?
Masih kecil.
 
Tapi itu kan yang jadi tantangan juga kan Pak?
Iya, itu tantangan karena kena covid-19. Tapi kalau kita yakini, kontribusi kita di tahun 2020 saja, Rp375 triliun. Itu terdiri dari tadi, yang namanya pajak dividen.
 
Memang dividen kita menurun, tapi swing-nya sudah bagus. Kalau kemarin, 26 tahun ini kita ditagertin 32. Sekarang bisa tembus 36,4. Mudah-mudahan tahun depan sama sebelum covid-19, 40-an lagi. Nah, ini kan berarti ada swing yang meningkat.
 
Jadi, tahun depan itu tahun recovery, ya. Karena sudah kembali lagi ke posisi sebelum covid-19.
Iya

Erick bongkar suka duka jadi Menteri BUMN

Pak, kalau kita bicara sekarang soal suka-duka, ya pak. Boleh tidak karena ini sedikit personal?
 
Saya membayangkan di tengah pandemi seperti sekarang ini, PR-nya begitu luar biasa yang dibebankan Bapak Presiden ke Pak Erick. Suka dukanya mungkin bisa dishare tidak Pak? Apa sih yang paling mengena di hatinya Bapak Erick?

Banyak pihak kan salah persepsi ketika saya melakukan tindakan yang keras itu, pasti asumsinya persepsinya jahat, tidak mengerti situasi.
 
Tapi kan sebenarnya yang kita lakukan juga sebenarnya untuk tadi, memastikan terus hidup. Karena itu pilihan. Karena itu bukan salah dan benar.
 
Tapi ya memang, ya kita sebagai pemimpin harus mengambil resiko. Dan kadang-kadang mengambil keputusan yang pahit. Tapi didasari dengan hati yang baik, dan planning yang baik.
 
Kalau dulu di swasta, ya perusahaan kita. Kalau ini kan punya rakyat, punya negara. Kita hanya dititipi, kayak tukang parkir. Habis itu, kalau tidak ada ininya juga ya bukan kita lagi. Tapi justru itulah yang kadang-kadang disalahartikan
 
Disalahartikan?
Ya mungkin, persepsinya kan seperti itu. Otoriter, arogan. Padahal kalau ketemu orangnya ketawa-ketawa.
 
Cuman kebijakannya harus seperti itu karena untuk menyelamatkan. Dan saya rasa, awal-awalnya juga di kementerian juga yang tidak mengenal saya mungkin berpikir yang tadi.
 
Kalau dulu kita kuliah ada profesor yang galak, nah ini sama kali. Padahal tidak seperti itu. Tapi itu risiko yang harus kita lakukan. Kita kasih lihat lah kita mau lakukan yang baik.
 
Apalagi sekarang Bapak Presiden meminta banyak menteri untuk turun. Jadi kita Sabtu-Minggu juga turun sekarang. Dan saya rasa terima kasih atas kesempatannya.
 
Justru kita bisa melihat sesuatu, yang tadinya hanya di belakang meja, sekarang kita melihat yang di lapangan. Dan itu harus menjadi perbaikan-perbaikan. Kadang-kadang kalau anak buah (laporan) kan ABS (asal bos senang) saja. Tapi dengan kita turun, kita melihat. "Oh ini ada yang kurang bagus, ini bagus, perlu diperbaiki seperti ini, oh tidak sesuai dengan laporan, oh seperti laporan."
 
Nah, jutsu dengan itu juga kita akhirnya bisa membedakan talent yang baik.
 
Karena kalau kadang-kadang duduk sekitar sini kan semua di sekitar kita cuma menjilat. Nah, dengan kita melihat, kita juga bisa melihat direksi, komisaris, talenta yang di bawah bisa menjadi tadi, future leader.
 
Saya selalu bilang, kepada para direksi. Karena sekarang juga direksi juga banyak mempertanyakan. Ini permintaannya susah. Sebanyak 15 persen direksi mesti perempuan. Pada 2023, 25 persen mesti perempuan. Yang usia 42 mesti 5 persen, 2023 jadi 10 persen.
 
Ada lagi nih, terakhir kewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan negara bagi anak dan cucu perusahaan BUMN.
 
Nah, itu tambah lagi susah, suruh tandang tangan juga 37001 ISO mengenai tindak pidana korupsi. Kembali itu bagian yang harus kita lakukan. Tetapi di lain pihak ya memang kita ingin pastikan ini sustain.
 
Saya selalu bilang pada direksi tadi, tadi malam saya baru ngumpulin 108 direksi, "Ya Allah SWT kan memberikan kita sesuatu yang luar biasa, yaitu otak. Sehingga kita bisa berpikir, berkarya yang luar biasa, tapi yang tidak dikasih apa? Umur."
 
Kebayang tidak kalau Albert Einstein itu umurnya ratusan tahun? Wah enggak tahu sudah jadi bikin apa itu. Cuma tidak dikasih oleh Allah.
 
Nah, sama, kita juga tadi saya ingatkan kepada pimpinan BUMN Ya, harus terbuka, harus mentoring, toh kita mau bangun legacy sama-sama dengan segala keterbatasan kita.
 
Baiklah kalau begitu, nampaknya waktu juga sudah habis. Terima kasih, Pak Erick.
Tapi ada satu lagi, mau nambah. Saya mau tekankan, kita juga harus investasi di pascacovid-19. Jangan hanya saat covid.
 
Karena kenapa? Kita sebagai negara masih banyak kekurangan. Logistik, teknologi, human capital. Nah, ini tidak mudah. Ini pascacovid yang benar-benar harus kita lakukan.
 
Dan mengejar ketinggalannya apakah bisa dilakukan dari sekarang Pak?
Bukan, mesti dari kemarin. Jadi hari sekarang kita harus lakukan. Ini juga kenapa saya kemarin bersama dengan Pak Menko, Bu Sri Mulyani, Pak Bahlil (Menteri Investasi), Pak Presiden.
 
Kita sama-sama sepakat bagaimana kita men-transform EV (Electric Vehicle). Mobil listrik, motor listrik, baterai listrik, secara berkesinambungan. Tidak hanya satu kementerian. Semua kementerian yang kemarin rapat harus satu kesatuan.
 
Karena ini policy. Jangan sampai nanti yang disampaikan Pak Presiden seperti dulu. Eranya hutan, hilang. Eranya minyak, hilang. Sekarang pemerintah Indonesia sudah sukses menurunkan tadi, hilirisasi sumber daya alam.
 
Salah satu turunannya ya listrik ini. Nah, makanya nanti BUMN juga akan masuk ke Industri itu.
 
Leadernya siapa pak?
Ya, bermacam-macam. Karena kita kan tetap bersaing dengan swasta. Tapi kita buka, kita partner dengan ini, partner dengan itu, tapi tadi. Mau membikin ekosistem supaya kita jangan menjadi market tapi kita punya present di negara kita. Nah KIta melakukan itu.
 
Baik, Pak Erick. Terima kasih atas penjelasan dan waktunya. Semoga terus jaya Pak Erick dan BUMN. Terus bisa berprestasi dan terus bisa mengukir keberhasilan-keberhasilan berikutnya.(Mentari Puspadini & Widya Finola Putri)
 
Read All
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Pilar BUMN Kementerian BUMN Erick Thohir Dua Tahun Jokowi-Maruf Pemangkasan BUMN

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif