Ya, banyak lah. Ya, kan?
Tentu dengan digitalisasi lagi ini kembali. Karena kita ini kepulauan, tingkat pendidikannya berbeda, nah ini (digitalisasi) memudahkan.
Karena itu, holding BUMN Ultra Mikro dibentuk dengan target 57 juta UMKM itu karena 30 juta di antaranya belum bank-able. Makanya, kita coba ambil dari bawah, dengan menggabungkan BRI, PNM, dan Pegadaian.
PNM itu punya database sekarang 10,8 juta nasabah ibu-ibu dengan tingkat NPL 0,13 persen. Rendah banget, pinjamannya Rp1,4 juta. Nah, mereka kan mesti naik kelas. Kalau ada BRI, kan bisa bersinergi. Dan kebetulan BRI juga perlu nasabah baru. Karena memang bank itu di tingkat future nasabah.
Tapi untuk menjadikan mereka bank-able, caranya?
Dengan mempunyai program yang jadi satu. Sekarang kan kantor PNM, BRI, Pegadaian itu sudah jadi satu kantor. Di bawah bendera senyum.
Nah, itu kata-katanya yang muda-muda saja. Karena sekarang singkatan-singkatan pusing, lah. Walaupun senyum itu singkatan, ya.
Tapi paling tidak, kita punya mesin yang besar. Sehingga pendanaan juga lebih murah dan mudah. Ini yang coba kita konsolidasikan.
Kenapa? Ya tidak mungkin, contoh misalnya si agen dari pada AO PNM itu kan cuma kurang lebih 45 ribuan. BRI punya footprint itu ratusan ribu, 465 ribu kalau tidak salah. Bayangkan, kalau ini digabungkan jadi 500 ribu. Bisa menawarkan produk yang sama.
Jadi, kekuatan penggabungan ini ya yang akan diandalkan?
Dan ini ibu-ibu. Nah ini yang kita coba push. Supaya, benar-benar UMKM ini naik kelas. Kita coba bantu sama-sama. Saya yakin bisa lah.
Kalau kemarin Mekar itu bisa naik satu setengah tahun 5,2 juta tambahan, sehingga totalnya sekarang 10,8 juta, saya yakin ke depan bisa kita lakukan.
Dan ini, kenapa G20 juga kita ingin benchmarking BUMN dengan banyak negara. Kita undang Tiongkok, Norwegia, pokoknya negara-negara yang punya BUMN. Kita ingin benchmarking,tetapi jangan malu-maluin.
Kita kasih liat juga bahwa kita punya kekuatan. RnD-nya belum, tapi gotong-royong kuat.
Nah kita dorong gotong-royong nya saja. Jadi kita jangan cari yang kalahan, tapi kita cari yang menangan. Gotong royong kita menang.
Menteri Erick ungkap peta BUMN di masa depan
Pak, kalau kita bicara soal tata kelola, boleh dong Pak bicara tentang tata kelola. Kan, salah satu strategi yang sempat di-sounding Bapak Erick tata kelola ini menjadi penting. Apa, Pak yang mungkin bisa jadi milestone?Nah, ini yang tadi kita rapat juga bersama Komisi VI DPR. Bagaimana kita harus mendorong Undang-Undang BUMN jadi, ini menjadi check and balance.
Kebayang tidak, kalau misalnya, transformasi teknologi digital yang cepat banget, kita melihat ada perusahaan yang tidak sehat. Kompetisinya sudah hilang, karena jenis pekerjaan juga hilang, berubah jadi yang baru.
Ini sama, perusahaan juga bisa lho.
Berubah tapi tidak dibuang kan Pak?
Ya, tapi begini poinnya. Dia sudah kalah bersaing dan memang industrinya sudah tidak di situ, sudah berbeda. Ya, kan?
Kita misalnya bicara percetakan, kalau sekarang cetak kertas terus. Sekarang semuanya sudah digital print. Kayak contoh-contoh seperti ini, kita perlu proses panjang untuk tadi. Merger atau menutup butuh 9 bulan sampai setahun, ya keburu sekarat.
Starateginya sudah keburu diambil orang. Nah ini lah, kita juga mau melakukan tadi, bagaimana ini bisa menjadi sebuah kebijakan yang bisa dilakukan BUMN tanpa mengurangi. Komite privatisasi yang dipimpin oleh Pak Menko (Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto), Ibu Menkeu (Menteri Keuangan Sri Mulyani), itu tetap berjalan.
Karena apa? BUMN itu kan milik negara, milik rakyat. Jadi tidak bisa saya melakukan seenak saja.
Tapi, kalau untuk menutup atau merger, itu saya rasa sesuatu yang bukan muluk-muluk. Dan itu kita saling bantu, kok.
Kita sangat zalim, kalau kita lihat dari 2008 ada perusahaan-perusahaan yang sudah tidak operasi. Terus mau diapain? Mau dijadikan pajangan? Kan tidak, kita harus lakukan.

Menteri BUMN Erick Thohir memastikan kesiapan infrastruktur mobil listrik. Dok. PLN
Tadi Bapak bilang ada 108 BUMN catatan per tahun 2020 kemarin ya, berarti sekarang harapannya semakin menyusut.
Sekarang kalau dikonsolidasikan sudah 41. Tapi di dalam 41 itu, masih ada puluhan yang kita mulai gabung-gabungkan sekarang.
Jadi kita coba lakukanlah, kita coba perbaikan di sana-sini.
Berarti itu asetnya saja sudah sembilan ribu, ini di eranya Pak Jokowi saja sudah Rp9.100 triliun aset BUMN. Dua kali lipat GDP Indonesia 2020.
Pendapatan BUMN Rp1.900 triliun, pendapatan negara Rp1.600 triliun. Ya, lebih besar juga.
Profitnya Pak?
Masih kecil.
Tapi itu kan yang jadi tantangan juga kan Pak?
Iya, itu tantangan karena kena covid-19. Tapi kalau kita yakini, kontribusi kita di tahun 2020 saja, Rp375 triliun. Itu terdiri dari tadi, yang namanya pajak dividen.
Memang dividen kita menurun, tapi swing-nya sudah bagus. Kalau kemarin, 26 tahun ini kita ditagertin 32. Sekarang bisa tembus 36,4. Mudah-mudahan tahun depan sama sebelum covid-19, 40-an lagi. Nah, ini kan berarti ada swing yang meningkat.
Jadi, tahun depan itu tahun recovery, ya. Karena sudah kembali lagi ke posisi sebelum covid-19.
Iya