Perkebunan, ya udahlah,mengurus perkebunan. Rumah sakit dikasih ke yang (mengurus) rumah sakit.
Niat awalnya digabungin, supaya lebih baik, punya expertise. Tetapi kan yang luar biasa sambutan masyarakat dengan adanya rumah sakit BUMN. Dan kita masuk ke sendi-sendi pada saat penanganan covid-19.
Ini menjadi momen yang luar biasa bagi BUMN tadi, menaikkan kelas standarnya. Nah yang kayak begini-begini, kita lakukan konsolidasi itu. Banyaklah itu. Ada di energi, di kesehatan, nanti di pangan, banyak sekali PR-nya. Jadi kalau boleh diidentifikasi, yang sekarang ini di sektor tulang punggung untuk BUMN itu sektor apa saja?
Ya, kalau hari ini kita suka tidak suka, kalau bicara dividen, 108 yang sudah dikonsolidasikan menjadi 41. Ya memang, dividen terbesar dari Himbara dan Telkom.
Nah, tapi sebenarnya hari ini penting kita membangkitkan tadi. Kesehatan kita, dan juga perkebunan serta pertanian kita.
Yang ke depan ini menjadi tulang punggung yang baik, karena sumber daya alam akan hilang. Transisi-transisi ini kan tidak panjang. Makanya saya genjot juga Pertamina dan PLN mesti bertransformasi.
Itu sebuah realita yang enggak bisa kita lakukan memang.
Di era sustainability, banyak bicara mengenai zero emission dan lain sebagainya, green economy, mau tidak mau memang harus bertransformasi. Peta jalannya seperti apa Pak kira-kira?
Kalau kita lihat untuk Pertamina sendiri, kan kemarin sudah holding.Suka tidak suka, kita masih harus ada subsidi BBM. Nah, itu tetap di holding-nya.
Tetapi di sub holdingnya itu kita mau korporasi yang sehat. Karena itu kita coba bagikan sub-holding hulu. Gabung yang hulu-hulu. Sub-holding hilir, yang hilir-hilir.
Yang tadinya perkapalan, hanya bisnis perkapalan sunset industry. Kita sekarang gabungkan menjadi maritim integrated logistic. Jadi tidak hanya ada kapal, ada pelabuhan, ada storage-nya. Ini upaya merapikan yang kita lakukan
Belum lagi kita mulai masuk ke geothermal.Karena ini sesuatu yang memang harus dilakukan.
Tentu, akhirnya banyak pertanyaan, berarti bisnisnya PLN diambil Pertamina? Tidak seperti itu. Dari dulu, PLN pembangkitnya itu dimiliki oleh banyak pihak. Kenapa sekarang tidak kita lakukan?
PLN lebih fokus kepada distribusi dan ritel yang memang masih menjadi kekuatannya hari ini dan masih monopoli. Tetapi kan kita enggak tahu dengan era sekarang yang namanya green economy.
Orang sudah bisa pasang listrik sendiri di rumah, solar panel. Orang memasang itu di mana, kan kita enggak tau. Akhirnya monopolinya akan hilang. Berarti PLN sendiri harus mereposisi strateginya yang salah satunya yang tadi. Fokus saja ke ritel, distribusi. Tetapi kita sehatkan.
Yang memang harus diubah, karena EBT (energi baru terbarukan) pada 2060. Dan ini gila! Di 19 tahun pertama itu harus 21 gigawatt, 15 tahun ke depan mesti (tambah) 29 gigawatt.
Sangat berat kalau kita enggak kolaborasi. Siapa yang terbaik kolaborasinya? Salah satu yang terbaik, kan rekan BUMN sendiriselain swasta yang memang sudah punya juga power plant. Tetapi, power plant-nya juga fosil. Nanti harus diganti ke reliable energy yang perlu duit banyak.
Nah, kan sama-sama kolaborasi.
Yang namanya kesehatan, energi, pangan tetap menjawab pertanyaan Kania yang pertama, tiga itu tetap. Walaupun di segmen titik-titik-titiknya ya ada sebuah pengembangan baru, ya kan pasti.
Menteri Erick blak-blakan soal holding pangan
Kalau sekarang yang masih ditunggu soal holding pangan. Itu yang masih akan di kuartal keempat targetnya kalau enggak salah?Ya, itu yang tidak mudah
Tidak mudah. Tetapi itu di masa depan kita semua ya Pak, kurang lebih?
Dengan 270 juta penduduk, kita juga mesti pastikan penduduknya kita enggak lapar. Ya kita harus mulai menjadikan Indonesia bagian lumbung buat kita sendiri, dan lumbung pangan dunia yang seperti diminta Bapak Presiden.
Ini sebuah momentum yang luar biasa. Ya karena Allah baik sama kita, ya mataharinya enggak berhenti, lautnya besar, tanahnya subur. Ini momentum di mana negara negara lain tadi masih berkutat hanya dengan covid-19. Kalau kita punya celengan.
Nah, ini yang harus kita coba benar-benar eskalasi pangan ini. Jadi udahlah, jangan impor-impor pangan terus.