Erick bongkar suka duka jadi Menteri BUMN
Pak, kalau kita bicara sekarang soal suka-duka, ya pak. Boleh tidak karena ini sedikit personal?Saya membayangkan di tengah pandemi seperti sekarang ini, PR-nya begitu luar biasa yang dibebankan Bapak Presiden ke Pak Erick. Suka dukanya mungkin bisa dishare tidak Pak? Apa sih yang paling mengena di hatinya Bapak Erick?
Banyak pihak kan salah persepsi ketika saya melakukan tindakan yang keras itu, pasti asumsinya persepsinya jahat, tidak mengerti situasi.
Tapi kan sebenarnya yang kita lakukan juga sebenarnya untuk tadi, memastikan terus hidup. Karena itu pilihan. Karena itu bukan salah dan benar.
Tapi ya memang, ya kita sebagai pemimpin harus mengambil resiko. Dan kadang-kadang mengambil keputusan yang pahit. Tapi didasari dengan hati yang baik, dan planning yang baik. Kalau dulu di swasta, ya perusahaan kita. Kalau ini kan punya rakyat, punya negara. Kita hanya dititipi, kayak tukang parkir. Habis itu, kalau tidak ada ininya juga ya bukan kita lagi. Tapi justru itulah yang kadang-kadang disalahartikan
Disalahartikan?
Ya mungkin, persepsinya kan seperti itu. Otoriter, arogan. Padahal kalau ketemu orangnya ketawa-ketawa.
Cuman kebijakannya harus seperti itu karena untuk menyelamatkan. Dan saya rasa, awal-awalnya juga di kementerian juga yang tidak mengenal saya mungkin berpikir yang tadi.
Kalau dulu kita kuliah ada profesor yang galak, nah ini sama kali. Padahal tidak seperti itu. Tapi itu risiko yang harus kita lakukan. Kita kasih lihat lah kita mau lakukan yang baik.
Apalagi sekarang Bapak Presiden meminta banyak menteri untuk turun. Jadi kita Sabtu-Minggu juga turun sekarang. Dan saya rasa terima kasih atas kesempatannya.
Justru kita bisa melihat sesuatu, yang tadinya hanya di belakang meja, sekarang kita melihat yang di lapangan. Dan itu harus menjadi perbaikan-perbaikan. Kadang-kadang kalau anak buah (laporan) kan ABS (asal bos senang) saja. Tapi dengan kita turun, kita melihat. "Oh ini ada yang kurang bagus, ini bagus, perlu diperbaiki seperti ini, oh tidak sesuai dengan laporan, oh seperti laporan."
Nah, jutsu dengan itu juga kita akhirnya bisa membedakan talent yang baik.
Karena kalau kadang-kadang duduk sekitar sini kan semua di sekitar kita cuma menjilat. Nah, dengan kita melihat, kita juga bisa melihat direksi, komisaris, talenta yang di bawah bisa menjadi tadi, future leader.
Saya selalu bilang, kepada para direksi. Karena sekarang juga direksi juga banyak mempertanyakan. Ini permintaannya susah. Sebanyak 15 persen direksi mesti perempuan. Pada 2023, 25 persen mesti perempuan. Yang usia 42 mesti 5 persen, 2023 jadi 10 persen.
Ada lagi nih, terakhir kewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan negara bagi anak dan cucu perusahaan BUMN.
Nah, itu tambah lagi susah, suruh tandang tangan juga 37001 ISO mengenai tindak pidana korupsi. Kembali itu bagian yang harus kita lakukan. Tetapi di lain pihak ya memang kita ingin pastikan ini sustain.
Saya selalu bilang pada direksi tadi, tadi malam saya baru ngumpulin 108 direksi, "Ya Allah SWT kan memberikan kita sesuatu yang luar biasa, yaitu otak. Sehingga kita bisa berpikir, berkarya yang luar biasa, tapi yang tidak dikasih apa? Umur."
Kebayang tidak kalau Albert Einstein itu umurnya ratusan tahun? Wah enggak tahu sudah jadi bikin apa itu. Cuma tidak dikasih oleh Allah.
Nah, sama, kita juga tadi saya ingatkan kepada pimpinan BUMN Ya, harus terbuka, harus mentoring, toh kita mau bangun legacy sama-sama dengan segala keterbatasan kita.
Baiklah kalau begitu, nampaknya waktu juga sudah habis. Terima kasih, Pak Erick.
Tapi ada satu lagi, mau nambah. Saya mau tekankan, kita juga harus investasi di pascacovid-19. Jangan hanya saat covid.
Karena kenapa? Kita sebagai negara masih banyak kekurangan. Logistik, teknologi, human capital. Nah, ini tidak mudah. Ini pascacovid yang benar-benar harus kita lakukan.
Dan mengejar ketinggalannya apakah bisa dilakukan dari sekarang Pak?
Bukan, mesti dari kemarin. Jadi hari sekarang kita harus lakukan. Ini juga kenapa saya kemarin bersama dengan Pak Menko, Bu Sri Mulyani, Pak Bahlil (Menteri Investasi), Pak Presiden.
Kita sama-sama sepakat bagaimana kita men-transform EV (Electric Vehicle). Mobil listrik, motor listrik, baterai listrik, secara berkesinambungan. Tidak hanya satu kementerian. Semua kementerian yang kemarin rapat harus satu kesatuan.
Karena ini policy. Jangan sampai nanti yang disampaikan Pak Presiden seperti dulu. Eranya hutan, hilang. Eranya minyak, hilang. Sekarang pemerintah Indonesia sudah sukses menurunkan tadi, hilirisasi sumber daya alam.
Salah satu turunannya ya listrik ini. Nah, makanya nanti BUMN juga akan masuk ke Industri itu.
Leadernya siapa pak?
Ya, bermacam-macam. Karena kita kan tetap bersaing dengan swasta. Tapi kita buka, kita partner dengan ini, partner dengan itu, tapi tadi. Mau membikin ekosistem supaya kita jangan menjadi market tapi kita punya present di negara kita. Nah KIta melakukan itu.
Baik, Pak Erick. Terima kasih atas penjelasan dan waktunya. Semoga terus jaya Pak Erick dan BUMN. Terus bisa berprestasi dan terus bisa mengukir keberhasilan-keberhasilan berikutnya.(Mentari Puspadini & Widya Finola Putri)