Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, dr. Alifa Dimanti, Sp. S (Foto: Dok. RSPI Group)
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, dr. Alifa Dimanti, Sp. S (Foto: Dok. RSPI Group)

Gejala Awal Penyakit Bell's Palsy

Rona kesehatan saraf
Sunnaholomi Halakrispen • 17 Agustus 2019 11:05
Bell's Palsy merupakan manifestasi klinis dari kelumpuhan saraf ketujuh. Salah satu gejalanya yaitu mata tidak bisa menutup sempurna.
 

Jakarta: Penyakit Bell’s Palsy atau disebut juga dengan facial weakness menyebabkan perubahan pada wajah. Ada pengenduran atau wajah terlihat miring.
 
Secara medis, Bell's Palsy merupakan manifestasi klinis dari kelumpuhan saraf ketujuh. Sering juga dikatakan dengan sebutan n.facialis.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, dr. Alifa Dimanti, Sp. S, menyatakan bahwa kelumpuhan biasanya timbul tiba-tiba akibat dari proses inflamasi.
 
"Gejala yang timbul meliputi seluruh otot yang dipersarafi oleh n.facialis tersebut. Antara lain adalah wajah menjadi tidak simetris, alis tidak bisa diangkat," ujar dr. Alifa kepada Medcom.id di Jakarta.
 
Kemudian, mata tidak bisa menutup sempurna dan sudut mulut tidak bisa terangkat. Gejala lain yang dapat timbul adalah mengeces atau drooling.
 
"Nyeri di sekitar rahang atau di belakang telinga sisi yang terkena, hipersensitivitas terhadap suara di sisi yang terkena, dan kadang memengaruhi indra perasa," imbuhnya.
 
Gejala tersebut biasanya muncul dengan tiba-tiba dan langsung terasa semakin memberat. Tetapi, terkadang bisa juga timbul namun terasa memberatnya dalam 2-3 hari setelah terjadinya gejala atau ada keadaan stabil.
 
Setelah mengetahui gejala Bell's Palsy, hindari melakukan upaya penanganan di luar tenaga medis resmi di rumah sakit. Misalnya, dengan refleksi atau pijat tradisional.
 
Sebab, secara patofisiologi, Bell’s Palsy terjadi akibat proses inflamasi yang terjadi pada serabut n.facialis dan merupakan self-limiting disease pada 85 persen kasus. Terapi dengan cara refleksi tidak memiliki bukti ilmiah yang jelas terhadap penyembuhan penyakit.
 
"Sebaliknya, tindakan untuk memijat, mengurut, atau menekan area di sepanjang perjalanan n.facialis justru dapat memperberat proses inflamasi yang terjadi," tandas dr. Alifa.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif