Apa itu growth faltering? Berikut informasi dari dokter spesialis anak. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
Apa itu growth faltering? Berikut informasi dari dokter spesialis anak. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

Risiko Growth Faltering pada Anak

Rona perkembangan anak
Sunnaholomi Halakrispen • 30 Agustus 2020 19:38
Jakarta: Pertumbuhan si kecil memang menjadi perhatian baik oleh orang tua maupun medis. Termasuk jika terjadi Growth Faltering.
 
Growth Faltering adalah pertumbuhan anak tidak memadai atau lebih lambat dibandingkan batas anak sehat. Kondisi ini bukan stunting, namun juga memberikan risiko buruk bagi kondisi kesehatan tubuh anak ketika beranjak dewasa.
 
"Penelitian-penelitian yang ada menunjukkan bahwa subjek yang mengalami growth faltering itu belum stunting, dia sudah mengalami gangguan intelektual dan risiko stuntingnya lebih besar," ujar Dr. dr. Conny Tanjung, Sp.A (K).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Tentu ini memengaruhi morbiditas dan motalitas dan menurunkan fungsi kognitif, meningkatkan risiko penyakit kronis di masa dewasa misal hipertensi, perlemakan hati, kanker, dan lain-lain," tambahnya.
 
Ia memaparkan, hal yang sering terjadi adalah hilangnya potensi dari pertumbuhan fisik anak. Maka, tantangannya adalah menjaga agar growth faltering tidak terjadi.
 
"Tetapi jangan sampai anaknya overweight atau obesitas, kalau itu ada masalah gizi lain berarti nantinya. Daripada menjaga masalah ini, lebih baik kita perhatikan, fokus pada monitoring tumbuh kembang anak, sebelum faltering terjadi," tuturnya.
 
 

 
Dokter Spesialis Anak bidang Nutrisi dan Metabolik di RS Pantai Indah Kapuk itu menjelaskan, pencegahan bisa dilakukan. Caranya, tentu dengan ada alat monitoring pertumbuhan dengan penimbangan berat badan, panjang badan, serta lingkar kepala anak.
 
Pemantauan itu harus dilakukan secara berkala atau tidak hanya satu kali. Akan tetapi, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, masalah yang sering terjadi di Indonesia adalah tidak banyak anak yang ditimbang sesuai standar secara rutin.
 
"Sebab, paling tidak anak ditimbang 8 kali dalam 12 bulan. Lebih-lebih untuk panjang badan atau tinggi badannya dan ditimbang lebih dari 2 kali itu tidak sampai 100 persen. Bahkan masih ada yang tidak ditimbang sama sekali. Walaupun aneh, tapi ini masih nyata terjadi," jelasnya.
 
Setelah ditimbang dan mengetahui tinggi anak, tidak banyak pula orang tua yang memahami maknanya. Demikian juga tugas selanjutnya yang harus dilakukan dalam memantau tumbuh kembang anak.
 
"Hasil pengukuran ini harus kita taruh di dalam kurva pertumbuhan. Tujuannya untuk mendeteksi adanya faltering growth. Kemudian kalau anaknya pendek dan dari kurva pertumbuhan diperhatikan, apakah memang faktor generiknya pendek. Kita bisa deteksi dari kurva pertumbuhan," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif