Penerapan gaya hidup baru bukanlah hal yang mudah dijalani, semua dituntut melakukan perubahan untuk melaksanakan protokol kesehatan dan tetap produktif.
Ekonom Indonesia Prof. Dr. Sri Adiningsih saat membuka webinar “Gotong Royong Lewati Krisis. Mengkapitalisasi Solidaritas Sosial di Tengah Pandemi,” pada Senin, 7 September 2020 lalu bersama Gerakan Pakai Masker (GPM) dan PaninBank serta beberapa Gerakan Masyarakat Peduli
Sesama (GMPS) menyampaikan bahwa, selain penerapan protokol kesehatan seperti pakai masker, rajin mencuci tangan dan jaga jarak, ada beberapa gaya hidup baru yang mengacu pada transformasi digital.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Webinar ini dihadiri oleh Ekonom Indonesia Prof. Dr. Sri Adiningsih, Presiden Direktur PaninBank Herwidayatmo, Ketua Umum GPM Sigit Pramono, Ketua MCCC PP Muhammadiyah Drs. M. Agus Samsudin, MM.
Selain itu juga ada CEO Rumah Zakat Nur Effendi, Founder Gerakan Kemanusiaan Sonjo (Sambatan Jogja) Rimawan Pradiptyo, PhD, Andy F Noya, Founder BenihBaik.com dan Jurnalis Senior Suryapratomo sebagai moderator.
Gaya hidup baru yang mengacu pada transformasi digital yang disebutkan Prof. Sri Adiningsih antara lain adalah meningkatnya belanja online, cashless, melakukan kegiatan dari rumah serta menurunnya traveling.
Dalam keterpurukan ini, ternyata pandemi membangkitkan semangat gotong royong yang telah menjadi DNA bangsa ini.
Peran masyarakat, dunia usaha, LSM, akademisi, semua pemangku kepentingan diperlukan untuk memulihkan kehidupan masyarakat. Untuk itu kita perlu memperkuat semangat gotong royong untuk mengatasi pandemi, seperti semangat Gerakan Pakai Masker, Lindungi Kamu dan Aku.
Munculnya solidaritas sosial
Menurut Ketua Umum GPM Sigit Pramono, saat ini ada perubahan sosial yang terjadi akibat pandemi, yaitu munculnya solidaritas sosial, pemanfaatan media digital yang meningkat, masyarakat lebih banyak tinggal di rumah serta adanya pergeseran pemenuhan kebutuhan.Salah satu organisasi yang muncul dari perubahan sosial itu adalah Gerakan Pakai Masker (GPM). GPM menyadari bahwa pemerintah tidak mungkin dapat bekerja sendiri menangani permasalahan akibat pandemi.
(1).jpeg)
(Semangat Gerakan Pakai Masker, Lindungi Kamu dan Aku yang terus digaungkan dalam pandemi covid-19 untuk menjaga kesehatan bersama. Foto: Istimewa)
Selain GPM, banyak Gerakan Masyarakat Peduli Sesama (GPMS) yang turut aktif membantu pemerintah mengatasi masalah sosial ekonomi di Indonesia, contohnya Muhammadiyah, Rumah Zakat, Gerakan Kemanusiaan Sambatan Jogja (Sonjo) maupun BenihBaik.
GMPS dapat memberikan kontribusi dengan mengapitalisasi perubahan besar solidaritas sosial, berbagi tugas dengan pemerintah, mengerahkan kemampuan bangsa untuk menggalang dana di luar APBN dan APBD (seperti zakat, sedekah dan donasi) serta koordinasi antara sesama GMPS maupun pemerintah.
Pandemi bangkitan semangat gotong royong
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PaninBank Herwidayatmo menyampaikan apresiasinya atas GMPS yang ada saat ini. Peranan maupun dukungan lembaga-lembaga ini akan sangat membantu pemerintah.Founder benihbaik.com, Andy F Noya dalam kesempatan yang sama juga menerangkan bahwa Indonesia memiliki modal utama untuk memutus penyebaran covid-19 yang membuat kita semua bersemangat, karena kita memilik social capital yang tinggi dibanding dengan negara-negara lainnya, serta diakui sebagai bangsa paling dermawan.
Hal tersebut tercermin dari posisi Indonesia pada peringkat negara paling dermawan pada tahun 2018, yang dikeluarkan dari British Charity, Charities Aid Foundation.
“Di tengah situasi seperti ini, dengan adanya kebangkitan dari semangat gotong royong, mudah-mudahan hal ini merupakan momentum yang bukan saja momentum untuk bergotong royong untuk saling membantu mengatasi pandemi covid-19. Tapi, ini adalah salah satu momentum untuk merekatkan kembali, masyarakat Indonesia yang sempat terpecah-pecah, dan sekarang dipersatukan kembali sebagai bangsa,” tutur Andy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)