Sebanyak 2,5 persen kasus obesitas juga dialami anak usia 13-15 tahun, sebanyak 1,4 persen pada usia 16-18 tahun, dan 11,7 persen pada usia di atas 18 tahun.
Dari penjabaran di atas, jumlah obesitas paling banyak dialami usia balita.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Secara kasat mata, dapat dilihat bahwa orang tua di sini lebih senang jika anak mereka (terutama yang berumur dibawah 10 tahun) terlihat gemuk," jawab Dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K), FIHA selaku ketua panitia Hari Jantung Sedunia PERKI dalam acara tersebut.
(Baca: Berenang, Olahraga Terbaik untuk Anak Obesitas)
Hal tersebut membuat kebanyakan orang tua tidak memerhatikan asupan yang tepat untuk anak, sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi yang dapat mengarah kepada obesitas anak.
Selain itu, banyak orangtua memilih fast food (cepat saji) dengan alasan lebih praktis dan harga yang terjangkau. Padahal, makanan cepat saji kebanyakan tidak memiliki standar nutrisi sehat sebagaimana dibutuhkan anak.
Lagipula, banyaknya kandungan lemak dan minyak pada makanan tersebut akan lebih cepat membuat anak kelebihan berat badannya.
Penerapan pola hidup tak sehat juga riskan membentuk bibit penyakit yang akan muncul saat dewasa. Misalnya, jantung koroner.
"Proses perusakan pembuluh darah dapat terjadi sejak kecil, seperti penebalan pembuluh darah. Bila dibiarkan, maka bisa menimbulkan penyakit yang berhubungan langsung dengan jantung akibat obesitas," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)
