Sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum mengenal transplantasi organ, sehingga masih apatis terhadap kegiatan transplantasi organ. (Foto: Freepik)
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum mengenal transplantasi organ, sehingga masih apatis terhadap kegiatan transplantasi organ. (Foto: Freepik)

Faktor Minimnya Jumlah Donor di Bidang Transplantasi Organ

Rona kesehatan transplantasi organ tubuh
Raka Lestari • 11 September 2020 17:23
Jakarta: Prosedur transplantasi, atau lebih dikenal istilah cangkok, merupakan tindakan pemindahan sebagian atau seluruh jaringan atau organ. Baik dari suatu bagian tubuh makhluk hidup ke bagian tubuh lain dalam satu individu, maupun dari satu individu (donor) ke individu lain  (resipien).
 
Jaringan atau organ yang dipindahkan tersebut nantinya akan berfungsi menggantikan jaringan   atau organ asal yang telah rusak atau tidak berfungsi. Salah satu jenis transplantasi organ yang paling sering dikerjakan di seluruh dunia adalah transplantasi ginjal. Namun sayangnya, ketersediaan donor masih menjadi kendala dalam hal ini.
 
“Masalah universal dalam bidang transplantasi organ adalah kurangnya jumlah donor. Transplantasi ginjal di Indonesia baru dilaksanakan dari donor hidup, sedangkan transplantasi dari donor jenazah belum terlaksana,” ujar Prof. Dr. dr. Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM, Ketua Indonesian Transplantation Society, dalam Virtual Media Briefing mengenai Penyakit Ginjal Kronik, Jumat, 11 September 2020.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pasalnya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum mengenal transplantasi organ, sehingga masih apatis terhadap kegiatan transplantasi organ. Upaya penyuluhan tentang donasi ginjal kepada masyarakat sudah sering dilakukan tetapi masih sedikit yang bersedia menyumbangkan ginjalnya untuk pasien yang membutuhkan.
 

 
“Dengan terbentuknya Komite Transplantasi Nasional yang disertai dukungan oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia, diharapkan masalah kekurangan donor ginjal akan dapat diatasi dengan upaya  peningkatan jumlah donor hidup dan pelaksanaan transplantasi dengan donor jenazah,” ujar Prof. Endang.
 
“Berbagai metode pemeriksaan untuk persiapan operasi dan obat imunosupresan terbaru untuk mengurangi angka rejeksi dan untuk meningkatkan harapan hidup ginjal transplan sudah  dilakukan  di RSCM. Dalam bidang bedah, teknik operasi yang terbaru juga sudah dilakukan  sehingga baik dari segi medis maupun bedah tidak berbeda dengan yang dilakukan di luar negeri,” tambah Prof. Endang.
 
Pasca tindakan transplantasi perdana di Indonesia pada 1977, pertumbuhan angka transplantasi ginjal masih terhitung lambat, bahkan sempat mengalami penurunan, hingga 2011. Setelah tahun 2011, jumlah angka transplantasi ginjal bertambah secara signifikan. Seiring dengan meningkatnya sumber daya tenaga dokter yang terkualifikasi, pengembangan sarana, dan prasarana serta program jaminan kesehatan nasional.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif