Hipoksia di dalam rahim dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. (Foto Ilustrasi: Daria Shetsova/Pexels)
Hipoksia di dalam rahim dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. (Foto Ilustrasi: Daria Shetsova/Pexels)

Studi: Merokok dan Pre-Eklampsia Penyebab Ketidaksuburan Wanita

Rona rokok
Anda Nurlaila • 03 April 2019 13:08
Wanita disarankan untuk tidak merokok selama kehamilan. Adapun penyebab lain hipoksia, seperti pre-eklampsia dan hidup di tempat yang tinggi, berada di luar kendali mereka.
 
Jakarta: Kadar oksigen rendah di dalam rahim selama kehamilan dapat menyebabkan masalah kesuburan pada generasi mendatang. Merokok saat hamil, pre-eklampsia, obesitas, hingga ibu yang hidup di pegunungan dapat menjadi penyebabnya.
 
Penelitian yang dipimpin para ilmuwan di University of Cambridge menemukan janin dengan hipoksia kronis atau kadar oksigen rendah. Sehingga menyebabkan terjadinya penuaan pada indung telur dan lebih sedikit sel telur yang tersedia.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Hipoksia di dalam rahim dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Termasuk merokok, pre-eklampsia, obesitas ibu, dan ibu yang hidup di ketinggian. Kondisi ini sudah diketahui memiliki efek jangka panjang potensial pada kesehatan keturunan, salah satunya peningkatan risiko penyakit jantung. Namun, penelitian yang diterbitkan di The FASEB Journal pertama kali terbukti memengaruhi kesuburan.
 
Mengutip Science Daily, untuk menyelidiki efek hipoksia, para peneliti dari Metabolic Research Laboratories di University of Cambridge menempatkan tikus betina hamil pada kondisi kadar oksigen 13 persen, lebih rendah dibandingkan dengan kadar oksigen standar 21 persen yang ditemukan di udara.
 
Penempatan dilakukan pada hari ke-6 sampai hari ke-20 kehamilan. Peneliti selanjutnya memeriksa saluran reproduksi anak-anak betina yang dilahirkan pada usia empat bulan.

Baca juga: Olahraga Tim Tingkatkan Volume Otak dan Atasi Depresi Anak

Tikus adalah model yang berguna untuk mempelajari kehamilan. Sebagai mamalia, tubuh dan biologi yang mendasarinya memiliki beberapa kesamaan kunci dengan manusia. Namun, masa kehamilan dan siklus hidupnya jauh lebih pendek daripada manusia. Sehingga menjadi model ideal mempelajari kehamilan dan perkembangan janin.
 
Ketika tim memeriksa anak-anak betina, mereka menemukan penurunan jumlah folikel ovarium di saluran reproduksi. Betina dilahirkan dengan jumlah folikel tetap, masing-masing dengan potensi berkembang menjadi telur. Pada manusia, semua sel telur akan habis pada usia sekitar 50 tahun, saat wanita memasuki masa menopause.
 
Para peneliti juga melihat panjang telomer di jaringan ovarium anak tikus. Telomer ditemukan di ujung kromosom dan mencegah memburuknya kromosom, sering dibandingkan dengan plastik yang menutup ujung tali sepatu.
 
Seiring bertambahnya usia, telomer menjadi lebih pendek. Karenanya panjangnya dapat digunakan sebagai proksi untuk mengukur penuaan. Para peneliti menemukan bahwa telomer dalam jaringan ovarium anak tikus yang terpapar hipoksia lebih pendek daripada anak tikus yang tidak terpapar.
 
"Seolah-olah kadar oksigen rendah menyebabkan jaringan ovarium wanita menua lebih cepat. Secara biologis, jaringan tampak lebih tua dan betina akan kehabisan telur. Dengan kata lain, wanita menjadi tidak subur pada usia yang lebih muda," kata Dr Catherine Aiken dari University of Cambridge.

Baca juga: Kenali Pemicu dan Gejala Sindrom Alergi Oral

Meskipun penelitian ini dilakukan pada tikus, Dr Aiken mengatakan ada alasan untuk berharap bahwa temuan itu dapat diterjemahkan ke manusia. Sebab penelitian sebelumnya yang mengamati hipoksia selama kehamilan terkait dengan kondisi lain seperti penyakit jantung telah terbukti relevan dalam penelitian manusia.
 
Sementara wanita disarankan untuk tidak merokok selama kehamilan. Adapun penyebab lain hipoksia, seperti pre-eklampsia dan hidup di tempat yang tinggi, berada di luar kendali mereka. Namun, kata Dr Aiken, temuan penelitian timnya mungkin terbukti membantu wanita yang terpapar oksigen rendah selama kehamilan mereka.
 
Wanita yang berisiko dapat mengambil tindakan antara lain dengan memiliki anak lebih awal dalam kehidupan atau mencari reproduksi yang dibantu, seperti IVF. Dr Aiken juga terlibat dalam penelitian yang meneliti apakah obat anti-oksidan dapat membantu menghilangkan kerusakan yang disebabkan oleh hipoksia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif