Penelitian ini dilakukan pada 23 dengan body max index (BMI) sebanyak 31,8 ke atas. Pria ramping berumur 36 tahun, sementara pria gemuk berumur 34 tahun. Ketika menganalisa gen sel sperma yang berhubungan dengan selera makan, mereka menemukan dua perbedaan kondisi biologis tertentu pada kedua grup.
Perubahan ini tidak pada DNA dasar namun lebih ke arah epigenetik, dimana gen berubah akibat respon terhadap faktor lingkungan, yang termasuk di dalamnya gaya hidup dan diet. Tipe gen seperti ini bisa menurun pada anak.
Pernyataan ini semakin dibenarkan setelah dilakukan operasi bariatik, sebuah prosedur operasi penurunan berat badan untuk mengurangi jumlah kalori dan makanan yang sudah diserap. Hasilnya lebih 4.500 perubahan DNA terjadi dalam sel sperma setelah setahun menjalani operasi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebuah studi di Australia pada tahun 2012, Nicole Palmer dan rekannya menyatakan bahwa obesitas memberi dampak langsung pada fertilitas pria. Obesitas bisa menurunkan kualitas sperma dan menyebabkan perubahan struktur fisik dan molekular pada sel basil yang diproduksi oleh testis, yang nantinya akan berkembang menjadi sel matang dan akan bertemu dengan sel telur dalam fertilisasi.
Penelitian ini tidak memberikan banyak rekomendasi pada pria obesitas, kecuali mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat agar bisa memilik anak yang sehat juga. (youthhealthmag)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(LOV)
