Masjid Panembahan Somala merupakan salah satu ikon budaya di Pulau Madura. Masjid dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Somala. Proses pembangunan persis setelah penyelesaian kompleks Keraton Sumenep dengan arsitek yang sama, yakni Lauw Piango.
Dibangun dimulai tahun 1779 dan selesai 1787. Masjid ini merupakan salah satu bangunan pendukung keraton, yakni sebagai tempat ibadah bagi keluarga karaton dan masyarakat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ini masjid kedua yang dibangun oleh keluarga keraton," jelas Subehli, takmir Masjid Panembahan Somala, Sabtu (28/6/2014). Masjid awal berada tepat di belakang keraton yang lebih dikenal dengan nama Masjid Laju. Masjid itu dibangun oleh Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa.
Arsitektur masjid banyak dipengaruhi kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa dan Madura. Salah satunya, jelas Subehli, pada pintu gerbang pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok.
Bangunan utama masjid terpengaruh budaya Jawa. Ini tampak pada bagian atap. Budaya Madura muncul pada pewarnaan pintu utama dan jendela masjid. Sedangkan interior masjid cenderung bernuansa kebudayaan Tiongkok, terutama pada bagian mihrab. Ukiran Jawa dalam pengaruh berbagai budaya menghiasai 10 jendela dan 9 pintu besarnya.
Di samping pintu depan masjid terdapat jam duduk ukuran besar bermerk Jonghans. Di atas pintu terdapat prasasti beraksara Arab dan Jawa. Di dalam masjid terdapat 13 pilar besar yang mewakili rukun salat. Bagian luar terdapat 20 pilar dan 2 tempat khotbah nan indah. Di atas tempat khotbah terdapat sebuah pedang yang berasal dari Irak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (DOR)
