WISATA

Menyusuri Islam di Hong Kong, Masjid Jadi Tempat Ibadah hingga Rendezvous

Citra Larasati
Minggu 14 September 2025 / 10:00
Hong Kong:  Di tengah gemerlap kota modern yang tak pernah tidur, Hong Kong semakin menunjukkan wajah lembutnya bagi muslim lokal maupun tamu yang datang.  Tak lagi sekadar simbol belanja, kota ini juga kian merangkul, seperti langit yang membuka pelukannya bagi wisatawan muslim dunia.

Dari hotel-hotel ramah muslim yang kian mantap berbisnis di tempat-tempat super strategis. Masjid dan mushola yang menjamur di pusat-pusat keramaian publik, hingga restoran halal yang makin bertebaran.  

Semua tersusun dengan apik, untuk memastikan setiap langkah musafir muslim agar tetap kerasan dan merasa seperti di rumahnya sendiri. Kini, Hong Kong juga bukan hanya sekadar kota di antara gunung dan laut, tapi juga jembatan antara cahaya gemerlap dunia dan napas rohani yang harmonis, saling mengerti, saling menyapa. Semua terasa nyaman, aman, dan bermakna. 

Masjid Tertua dan Terbesar

Menelusuri warna Islam di Hong Kong tentu saja tak lepas dari eksistensi tempat-tempat ibadahnya. Mulai dari ruang-ruang kecil yang disulap menjadi tempat salat, mushola-mushola yang dibangun di titik-titik ikon wisata, hingga masih berdiri tegaknya masjid tertua di kota ini.

Keberadaan masjid di Hong Kong tak sebatas sebagai tempat beribadah, lebih dari itu juga menjadi pusat kajian hingga rendezvous bagi warga komunitas muslim dari seluruh penjuru Hong Kong yang jumlahnya terus meningkat.

Tahun ini, jumlah penduduk Hong Kong yang memeluk agama Islam sudah mencapai 4,1 persen dari total sekitar 7,5 juta jiwa penduduk kota tersebut

Masjid Jamia 

Masjid pertama yang wajib Sobat Medcom kunjungi saat berada di Hong Kong adalah Masjid Jamia. Ini adalah masjid tertua di Hong Kong dan Jamia merupakan saksi pertama sejarah bertumbuhnya Islam di tengah Hong Kong. 

Jarak tempuh dari jantung kota di kawasan Tsim Sha Tsui menuju Masjid Jamia, hanya sekitar 35 menit saja menggunakan mobil.  Masjid Jamia sendiri berlokasi di Jalan Shelley No. 30, Central, Hong Kong Island.

Ia terselip seperti doa yang tidak ingin terlihat, di antara padatnya pusat pemukiman di lereng bukit Mid Levels. 

Eskalator Terpanjang di Dunia

Untuk menuju ke sana, kita harus menyusuri puluhan hingga ratusan anak tangga, atau jika waktunya tepat Sobat Medcom dapat mencoba menggunakan eskalator tertutup luar ruangan terpanjang di dunia. Eskalator ini unik, karena selain terpanjang, dia juga memiliki jam naik dan turun yang terjadwal.  

Di rentang pukul 06.00-10.00 tangga eskalator hanya akan bergerak ke bawah, yakni dari Central - Mid Levels (downhill). Ini merupakan jam-jam sibuk, di mana orang memulai aktivitasnya.

Baru kemudian pada pukul 10.00-24.00 waktu setempat eskalator ini akan berjalan sebaliknya yakni uphill dari Mid Levels ke Central. Ia bergerak ke atas membantu warga lokal maupun wisatawan untuk menaiki jalanan pemukiman yang memiliki kontur berbukit tersebut.

Eskalator terpanjang di dunia. Foto: Medcom/Citra Larasati

Meski begitu, Sobat medcom tetap dapat menggunakan pilihan tangga manual di sampingnya jika eskalator sedang bergerak di arah yang berlawanan dengan tujuanmu.

Eskalator ini memiliki total Panjang sekitar 800 meter. Terbagi menjadi sekitar 20 eskalator dan 3 moving walkway terpisah namun saling terhubung, letaknya seperti nadi kota yang menyusuri lereng, memanjang dari bawah hingga atas bukit. Dan, lokasi Masjid Jamia berada di step ke-17.

Memasuki gerbang Jamia, rasanya kita seperti diajak Kembali menuju perjalanan masa lampau. Jamia adalah masjid pertama Hong Kong yang bangunannya sudah ada sejak tahun 1840-an. 
Lalu pada 1915 ia mengalami perluasan dengan sumbangan dari seorang pedagang Bombay, Haji Mohamed Essack Elias, untuk menggantikan masjid lama di lokasi yang sama.  
Struktur dan arsitektur bangunan Masjid.


Bagian dalam Masjid Jamia Hong Kong. Foto: Medcom/Citra Larasati

Bangunan bersejarah Grade I ini juga dikenal sebagai Candi Lascar, berbentuk persegi panjang, dengan pintu masuk utama serta jendela melengkung bergaya Arab pada semua sisinya. Masjid lama di lokasi tersebut dibangun untuk menyediakan tempat ibadah bagi umat muslim yang sebagian besar berasal dari Semenanjung India dan berprofesi sebagai pedagang, pelaut, tentara, polisi, dan penjaga penjara. 

Seiring dengan bertumbuh pesatnya komunitas muslim di Hong Kong, masjid lama tersebut pun kemudian dibongkar dan digantikan oleh Masjid Jamia yang kini berdiri dan dapat menampung sekitar 400 jamaah. 

Jamia menjadi saksi pertumbuhan komunitas Muslim di Hong Kong dan tetap menjadi tempat ibadah serta berkumpul yang vital bagi umat Muslim lokal. Masjid Jamia dibangun dengan beton dan batu bata, memiliki bentuk persegi panjang yang dibangun sepanjang timur ke barat, dengan pintu masuk di sebelah timur dan dinding kiblat ruang salat di sebelah barat. 

Cekungan mihrab berbentuk bawang runcing pada dinding kiblat menandakan arah ibadah menuju Kabah.  Aksen arsitektur Islam yang kaya dapat dilihat di Masjid Jamia, seperti menara yang digunakan untuk memanggil jamaah salat di masa lalu, dihiasi dengan kubah bercorak finial, lengkungan multifoil runcing di portiko dan pintu masuk, lengkungan runcing di atas jendela kaca berwarna, kubah oktagonal di tengah ruang salat, mihrab di dinding kiblat, hingga motif kaligrafi Kufi di dinding masjid.

Masjid Jamia dinyatakan sebagai monumen pada 20 Mei 2022 dan dilindungi berdasarkan Peraturan Purbakala dan Monumen Hong Kong.

Di Masjid Jamia, Medcom mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan Imam Besar masjid Hong Kong, Mufti Muhammad Arshad. Berbicang soal dukungan masjid bagi kemajuan wisata halal di Hongkong, hingga bagaimana perannya bagi kehidupan harmonis antara komunitas muslim lokal dengan warga nonmuslim lainnya.


 Imam Besar masjid Hong Kong, Mufti Muhammad Arshad. Foto: Medcom/Citra Larasati

Menurut Arshad, peran masjid di Hong Kong sangat strategis. Salah satunya adalah sebagai pendorong penggunaan sertifikasi halal bagi makanan dan berbagai layanan dan fasilitas publik di kota ini. Hal ini juga selaras dengan program pemerintah Hong Kong yang memang tengah menggalakkan gerakan wisata halal.

“Ya, sebenarnya kami adalah yang pertama kali mendorong penerbitan sertifikat halal. Kami memastikan bahwa semua hal yang harus halal, seperti sumber makanan ya harus halal,” kata Arshad kepada Medcom.id.

“Tetapi kami memiliki sedikit kelonggaran dibandingkan dengan negara lain seperti di sini, karena kami hanya sedikit jumlahnya. Itulah mengapa setiap restoran yang menyajikan makanan Halal, kami menerbitkan sertifikat halal untuk mereka,” terang Arshad. 

Masjid Kowloon dan Islamic Center

Selesai dari Masjid Jamia, kita bergeser Kembali ke arah pusat kota.  Kembali ke Tsim Sha Tsui untuk menuju Masjid Kowloon yang juga berperan sebagai Islamic Center di Hong Kong. Letak Masjid Kowloon sangat strategis, tepat di persimpangan Nathan dan Haiphong road, di tengah Kawasan pusat perbelanjaan Tsim Sha Tsui.  

Di jantung Tsim Sha Tsui, Masjid Kowloon menjulang dengan empat menara setinggi 11 meter, lantai marmernya bersinar. Ia tak sekadar sebuah pusat ibadah, namun juga pendidikan, dan wadah berkumpulnya komunitas muslim. 

Masjid Kowloon dan Islamic Centre masih menjadi masjid terbesar di Hong Kong.  Ia mampu menampung hingga 3.500 orang dalam sekali waktu.  Seluruh bangunan dilengkapi pendingin ruangan, dan masjid ini adalah salah satu tengara Islam paling ikonik di Hong Kong.

Masjid Kowloon and Islamic Centre. Foto: Medcom/Citra Larasati

Pertama kali didirikan oleh garnisun muslim yang ditempatkan di daerah tersebut, di mana jejaknya masih dapat ditemui di Taman Kowloon yang berjejer dengan lokasi Masjid berada. 
Situs budaya yang penting bagi semua, bangunan ini mencakup tiga aula untuk mendirikan salat, madrasah sekaligus aula komunitas.

Aula komunitas yang sama, digunakan oleh berbagai organisasi muslim mengadakan berbagai program pada peristiwa khusus.

Hong Kong dengan jutaan lampu ternyata menawarkan sebuah fakta,bahwa iman tidak harus bersembunyi di balik keramaian. Ia bisa berdiri tegak, penuh keberanian, dan tetap lembut, di tengah segala derap dan buru waktu yang lekat dengan kehidupan metropolitan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(CEU)

MOST SEARCH