Bagaimana pemerintah mendongkrak permintaan yang turun?
Dari sisi permintaan kami bantu dengan menyerap produksi UMKM dengan belanja pemerintah dan BUMN. Kami sudah minta kepada Presiden untuk menginstruksikan kementerian dan lembaga membeli produk UMKM.
Ada Rp307 triliun di anggaran (APBN) 2020 yang sudah disetujui untuk dibelanjakan produk UMKM. Kami sudah bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), agar mempercepat proses onboarding produk-produk UMKM di laman khusus e-catalogue LKPP.
Saat ini kami sedang bekerja sama dengan LKPP dan pemerintah daerah untuk mendampingi dan mengkurasi produk-produk UMKM. UMKM harus segera mendaftarkan produknya. Supaya nanti tidak harus ada pengadaan tender.

UMKM produk kopi. Foto: Antara/Feny Selly Belanja pemerintah ini bukan hanya selama masa pandemi. Ini untuk seterusnya supaya bisa menyerap produk UMKM, baik produk maupun jasa. Seperti, pengadaan furnitur, paket makanan dan minuman, rapat, alat tulis kantor, dan lainnya. Kami juga akan melibatkan e-commerce untuk transaksi Rp50 juta ke bawah. Ada Blibi.com, Tokopedia, hingga Bukalapak.
Yang punya daya beli selain pemerintah adalah BUMN. Kami sudah membuat nota kesepahaman dengan Menteri BUMN bahwa belanja BUMN sebesar Rp250 juta-Rp14 miliar diperuntukkan bagi UMKM. Saat ini baru sembilan BUMN bergabung dengan total dana sekitar Rp35 triliun lewat pasar digital BUMN.
Kami sedang dalam proses bagaimana produk-produk UMKM masuk ke pasar digital BUMN supaya nanti tidak harus lewat tender. Mudah-mudahan dengan dua program besar ini UMKM masih bisa bertahan. Baik dalam soal pembiayaan maupun dorongan terhadap daya beli.
Lalu bagaimana dengan konsumsi masyarakat yang masih anjlok?
Ekonomi Indonesia selama lima tahun sangat mengandalkan kekuatan ekonomi domestik, yaitu belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat yang berada di atas 57 persen. Sehingga, selama lima tahun kita masih bisa bertahan tumbuh 5 persen di saat negara-negara tetangga turun pertumbuhannya.
Kami juga membuat kampanye Bangga Buatan Indonesia untuk mendorong agar masyarakat berbelanja produk lokal UMKM. Tujuannya agar perputaran ekonomi bergerak.
Banyak lagi program dilakukan oleh masyarakat seperti program Belanja di Warung Tetangga. Itu untuk menggerakan konsumsi masyarakat supaya mengkonsumsi produk-produk lokal.
Selain itu, karena ada perubahan perilaku konsumen yang kini lebih berbelanja ke online, kami dorong UMKM berjualan di online. Saat ini baru 13 persen UMKM yang sudah masuk ke platform digital atau sekitar 8 juta pelaku usaha. Kami dorong agar akhir tahun bisa sampai 10 juta pelaku usaha. Data menunjukkan ada peningkatan penjualan via online di kuartal II/2020 sebesar 26 persen dibanding kuartal II tahun lalu.
Kami juga melakukan pelatihan, pendampingan, dan konsultasi baik offline maupun online untuk UMKM agar bisa beradaptasi dan berinovasi. Produk UMKM harus bisa menyesuaikan dengan pasar dan keadaan ekonomi baru ini.