Dinasti Tang (618-907 Masehi)
Dinasti Tang mulai mempopulerkan teka-teki sebagai tradisi baru Hari Raya Imlek. Teka-teki ini disebut sebagai 'caidengmi'. Masyarakat membuat teka-teki yang ditulis di lampion buat dipecahkan. Tradisi Festival Lampion kemudian muncul sejak era ini.Singkatnya, bubuk mesiu yang dipakai buat bahan kembang api juga ditemukan pada era ini, oleh biksu Tiongkok bernama Tao.
Dinasti Song (960-1279 Masehi)
Pada era Dinasti Song, bubuk mesiu pertama kali diberikan kepada Kaisar Taizu, pada tahun 969 Masehi. Bubuk mesiu kemudian diproduksi secara luas dan digunakan untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek. Bubuk mesiu diisikan ke rongga bambu yang dibakar, kemudian mengeluarkan kembang api.Baca: Simak Yuk! Ini Panduan Perayaan Imlek 2022 di Tengah Pandemi
Pada paruh kedua periode Dinasti Song, tradisi perayaan Tahun Baru Imlek mengalami pergeseran. Pada hari ke-7 perayaan Imlek, para nelayan di sepanjang pesisir Guangzhou memulai tradisi makan Yusheng (salad ikan mentah) bersama keluarga dan teman.
Selain itu, kegiatan hiburan pun muncul, semisal tarian naga di kuil. Sebab, menurut kepercayaan di Tiongkok, naga merupakan simbol keberuntungan, kekuatan dan kemuliaan.
Masyarakat Dinasti Song juga menyemarakkan Tahun Baru Imlek dengan melanjutkan tradisi Festival Lampion. Jadi, sejak era Dinasti Song, perayaan Tahun Baru Imlek berubah dari tradisi religius ke tradisi hiburan dan sosial.