Mendikbudristek, Nadiem Makarim. Foto: Zoom
Mendikbudristek, Nadiem Makarim. Foto: Zoom

Wawancara Khusus Mendikbudristek, Nadiem Makarim

Merdeka Belajar, Satu Lompatan yang Seharusnya Sejak Lama Dilakukan

Ilham Pratama Putra • 17 Agustus 2021 17:01

 
Menurut saya ini program insentif tersukses yang pernah terjadi dalam partisipasi industri ke dalam pendidikan di sejarah Indonesia. Matching fund ini insentif yang ageresif yang benar-benar simple dan jelas bagi industri. Anda masukan 1 rupiah tentu dia tidak akan memasukan 1 rupiah itu tanpa ada benefit untuk dia di risetnya. Jadi relevensinya sudah terjamin, jadi ini contoh-contoh bukan what-nya saja tapi how-nya pun kita uubah, bagimana cara penganggaran yang meningkatkan relevensi dengan dunia usaha dan dunia industri (dudi).
 
T:  Kalau bicara melanjutkan subsidi kuota, bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT), lalu digitalisasi pendidikan juga kini tengah dikebut.  Sebenarnya seperti apa digitalisiasi ala Mas Menteri?

J:  Pertama saya harus memisahkan. Banyak orang mengira digitalisasi pendidikan ini berkaitan dengan PJJ. Ini tidak ada kaitannya dengan PJJ. Digitalisasi pendidikan itu, PJJ atau tidak, itu harus dilakukan.
 
Tidak ada sekolah masa depan yang bisa berfungsi tanpa akses kepada konten digital dan internet itu jadi keharusan. Walaupun misal tak ada pandemi pun, kita harus mengerjakan digitalisasi sekolah ini. Cuma sekarang terakselerasi, karena kebutuhannya, ternyata menjadi kelihatan lebih besar. Jadi makanya kita akselerasi.
 
Apa itu digitalisasi pendidikan? Yang mau kita lakukan sebenarnya secara konsep sangat simple. Kita mau memberikan tool kit-tool kit kepada guru, kepada kepala sekolah dan murid-murid kita untuk bisa mengakses sebanyak mungkin materi.
 
Materi untuk siswa belajar, materi untuk guru belajar, bagaimana menjadi guru. Platform untuk guru bisa berkolaborasi dengan guru lain, untuk bisa belajar menjadi guru yang lebih baik. Platform-platform yang membantu kepala sekolah untuk bisa melakukan pelaksanaan anggaran sekolah yang lebih efisien juga lebih merdeka menurut kebutuhan masing-masing.
 
Itu platform digital yang akan kita buat di Kemendikbudristek, juga bermitra dengan pemain platfom lainnya. Tapi utamanya kita buat platfom sendiri, platform gratis, situs untuk manajemen sekolah. Contoh misalnya asesmen agar guru bisa mengetahui level murid-muridnya. Sehingga dia bisa mengetahui di level mana ini kelas saya. Platform guru untuk belajar mandiri meningkatkan kemampuannya.
 
Semua ini tidak akan bisa terjadi kalau, sekolah-sekolah atau murid tidak punya alat TIK dan internet yang baik. Makanya paket TIK ini menjadi suatu requirement dasar untuk strategi apapun di digitalisasi. Kalau mereka tidak punya laptop ya sama saja bohong kita menciptakan berbagai macam platfom ini.
 
Laptop, proyektor, router dan berbagai macam peralatan TIK untuk mengakses informasi, untuk akses materi kurikulum yang jauh lebih variatif, yang menyenangkan dan untuk meningkatakan kompetensi guru dan kepala sekolah, meningkatkan kolaborasi juga di sekolah ke kota besar.
 
Jadi ini adalah tujuan dan salah satu prakondisinya. Jadi ini level nol daripada digitalsiasi sekolah adalah mereka harus bisa mengakses teknologi digital itu. Kenapa ini menjadi priortias bagi Presiden? Agar kita melakukan lompatan besar. Nanti digunakan untuk apa saja itu laptop, bisa juga platfom dari pemerintah atau platfom yang kita belum tahu.
 
Tapi kita akan memberikan sekolah kemerdekaan kepada sekolah untuk bereksperimentasi dengan berbagai macam platfom yang mereka inginkan, dan itu adalah keindahan kemerdekaan.
 
 




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan