Mendikbudristek, Nadiem Makarim. Foto: Zoom
Mendikbudristek, Nadiem Makarim. Foto: Zoom

Wawancara Khusus Mendikbudristek, Nadiem Makarim

Merdeka Belajar, Satu Lompatan yang Seharusnya Sejak Lama Dilakukan

Ilham Pratama Putra • 17 Agustus 2021 17:01

 
T:  Program dengan pemberian 20 SKS akan disambut baik mahasiswa. Namun sejauh apa pemahaman rektor terkait pembobotan 20 SKS ini?
 
J:  Karena ini kebijakan nasional, berarti mau tidak mau ketika murid-murid itu diterima, di dalam satu program yang sudah diagregasi Kemendikbudristek, maka anak itu harus mendapatkan 20 SKS. Jadi itu bukan ditawar.

Kenyataannya banyak rektor-rektor, dosen-dosen yang kewalahan karena program studi (prodi)-nya mesti beradaptasi ya, agar masih muat gitu, jadi yang mandatori kuliah dalam prodi di kuliah harus berkurang karena harus ada ruang enam sampai 12 bulan keluar kampus.
 
Jadi walaupun merepotkan, tapi banyak dari mereka yang sangat mendukung, dan banyak yang menanti bahwa sebenernya murid-murid mereka ini bebas belajar di dalam lautan terbuka. Bukan hanya di kolam renang akademia, dua aspek ini luar biasa.
 
Dua tahun pertama ini, dalam pandemi kita hampir mencapai 400 ribu lamaran untuk magang bersertifikat di 160 perusahaan yang bergabung. Jadi total posisi yang masih available itu 20 ribu. Bayangkan di ronde pertama aja 20 ribu, tapi 400 ribu yang apply mahasiswa untuk program ini.
 
Bukan cuma itu, 35 ribu mahasisawa terpilih untuk Kampus Mengajar. Itu akan dikirimkan ke SD-SD, SMP-SMP di semua daerah tertinggal, terluar, terdepan (3T) untuk membantu mengejar ketertinggalan yang disebabkan di masa pandemi ini. Mereka akan banyak membantu guru-guru di daerah. Jadi kita mengirim banyak anak-anak.
 
Dan sekarang dengan bantuan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). untuk pertama kalinya kita akan kirimkan anak-anak ke luar negeri untuk satu semester.  Jadi ini membuka peluang untuk anak-anak yang enggak bisa diterima S2-S3 full program di luar negeri, tapi dia punya kesempatan satu semester, punya pengalaman yang akan mengubah perspektif dia mengenai dunia selama satu semester.
 
Bukan cuma itu, kita pun mengatur dan mengeluarkan posisi 20 sampai 30 ribu anak untuk pertukaran domestik. Jadi anak-anak di dalam negeri pun akan bisa melakukan satu semester di pulau yang lain, di universitas lain, untuk mengasah jiwa sosial, dan identitas dirinya sebagai orang Indonesia, mengasah kebinekaannya.
 
Jadi, kuncinya mobiltas anak-anak itu keluar dari kampus, anak itu keluar dari prodi untuk meredifinisikan apa yang dimaksud perguruan tinggi, dalam suatu cara yang  dramatis. Kita itu impiannya jangan terus mengejar ketertinggalan, tapi kita jadi inovator, pemimpin di dalam sektor pendidikan tinggi sehingga negara lain melihat kita melakukan hal yang jauh lebih berani mengambil lompatan yang lebih besar.
 
T:  Kapan hasil dari Merdeka Belajar ini dapat kita rasakan?
 
J:  Bedanya sektor pendidikan, dengan yang lain itu. dia membutuhkan kesabaran yang luar biasa karena hasil dan dampaknya akan dirasakan bertahun-tahun setelah kebijakannya keluar. Tapi semangatnya bisa dirasakan hari ini.
 
Tapi dampak kepada ekonomi, dampak sektor industri, dampak kepada kesejahteraan anak-anak muda kita saat keluar dari sistem pendidkan itu akan terasa lima sampai 10 tahun ke depan dari kebijakan ini.
 
 
Halaman Selanjutnya
T:  Salah satu produk pandemi…




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan