Bagaimana
blue economy yaitu aset maritim kita, dan juga fokus pada bidang kesehatan karena pandemi. Juga teknologi digital, bagaimana itu bisa mentransformasi, bukan hanya sektor swasta, tapi juga sektor pemerintahan. Riset ke arah Artificial Intelegent (AI ) dan lain-lain itu juga sama pentingnya. Itu fokus yang sebenarnya adalah hal yang paling
urgent.
Yang dibutuhkan bukan hanya pemerintah, tapi juga menyelesaikan masalah paling kristis yang dihadapi orang Indonesia di dalam beberapa tahun dan puluhan tahun ke depan. Jadi itu fokusnya.
Untuk melaksanakan ini, tentu ada berbagai kebijakan yang harus mendukung proses dan SDM daripada ristek. Satu hal, dengan Kampus Merdeka sekarang semua proses proyek riset bisa menjadi
full immersive proyek-proyek bagi mahasiswa dan dosen.
Jadi untuk dosen-dosen yang melakukan riset
ful time dalam satu proyek itu sama saja dengan mengajar, karena mahasiswa yang mengikuti riset itu tidak harus mengambil subjek-subjek lain. Kalau dia mau melakaukan seperti itu, magang itu bisa dilakukan, bisa mendapatkan full SKS.
Jadi sekarang riset itu dinaikkan selevel 20 SKS seperti magang bersertifikat. Jadi Kampus Merdeka mengubah total, struktur pemberikan kredit, baik untuk mahasiswa maupun dosen untuk melakukan riset, karena riset termasuk dalam menu Kampus Merdeka. Dan itu akan mempermudah dengan cara yang besar.
Dan tentunya kita akan mendukung perguruan tinggi kita untuk menentukan spesialisasinya mau apa. Inovasi-inovasi yang dilakukan selama pandemi ini cukup luar biasa, hampir semua inovasi itu keluar dari BRIN dan perguruan tinggi kita, dan menurut saya itu perlu ditingkatkan dan memastikan bahwa hilirisasi itu terjadi.
Jadi proses hilirisasi adalah gap terbesar. Jadi dari pertama harus melibatkan industri, langsung sudah ada jalur untuk hilirisasi.
T: Green dan blue economy dan teknologi digital adalah area potensial yang dapat dikerjakan perguruan tinggi?
J: Itu area fokus terpenting buat Indonesia. Sudah banyak hal inovasi di bidang kesehatan, perubahan iklim, banyak universitas kita yang sudah fokus riset di situ. Kita melaksanakan suatu kebijakan yang cukup berbeda, yaitu konsep yang namanya
matching fund.
Jadi kita membuat platform namanya Kedaireka, lalu kita melihat-nah kita menawarkan kalau ada industri dalam platform ini ada perjodohan, antara permasalahan-permasalahan industri dan kapabilitas universitas menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam
matching fund ronde pertama itu ada 1.200
project proposal keluar, berdasarkan kerja sama industri dan universitas. Jadi insentifnya kalau industri memberikan 1 rupiah, kita memberikan 1 rupiah terhadap program-program ini, itu luar biasa semangat industri terlibat dalam proses ini.