Ilustrasi-Freepik
Ilustrasi-Freepik

Pro Kontra Penggunaan Microwave

Rona makanan sehat studi kesehatan
Sunnaholomi Halakrispen • 23 September 2020 10:13
Jakarta: Meskipun menjadi pekerja keras di dapur selama beberapa dekade, microwave menjadi salah satu barang yang dipuji sebagai penyelamat bagi mereka yang tidak bisa atau tidak mau, memasak. Sebab, memasak menjadi mudah.
 
Akan tetapi, ada perdebatan lain yang ada di luar sengketa kuliner, yakni kapan memasak microwave buruk untuk Anda?
 
Dikutip dari BBC, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jika digunakan dengan benar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hal radiasi gelombang mikro. Tetapi kekhawatiran lain kurang jelas, termasuk apakah makanan yang dihangatkan dengan microwave menyebabkan hilangnya nutrisi.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sayuran kehilangan sebagian nilai nutrisinya dalam microwave. Misalnya, penggunaan microwave telah ditemukan untuk menghilangkan 97 persen flavonoid, senyawa tanaman dengan manfaat anti-inflamasi dalam brokoli. Hal itu berarti adanya kerusakan sepertiga lebih banyak daripada ketika direbus.
 
Namun, satu penelitian pada 2019 yang mengamati hilangnya nutrisi brokoli dalam microwave menunjukkan bahwa, penelitian sebelumnya memvariasikan waktu memasak, suhu, dan apakah brokoli ada dalam air atau tidak. Ditemukan bahwa waktu memasak yang lebih singkat (mereka memanaskan brokoli selama satu menit) tidak mengganggu kandungan nutrisinya.
 
Mengukus menggunakan microwave bahkan dapat meningkatkan kandungan sebagian besar flavonoid, senyawa yang terkait dengan penurunan risiko penyakit jantung.
 

 
"Dalam kondisi memasak yang digunakan dalam penelitian ini, microwave tampaknya menjadi cara yang lebih baik untuk mengawetkan flavonoid daripada mengukus," tulis para peneliti.
 
Namun mereka juga menemukan bahwa menggunakan microwave dengan terlalu banyak air (seperti jumlah yang akan Anda gunakan untuk merebus), menyebabkan penurunan flavonoid.
 
Tidak ada mekanisme yang disetujui untuk menjelaskan mengapa microwave dapat meningkatkan kandungan flavonoid. Hal itu disampaikan Peneliti Utama Xianli Wu, ilmuwan di Beltsville Human Nutrition Research Center di Departemen Pertanian Amerika Serikat.
 
Bisa jadi, microwave membuat flavonoid lebih mudah diukur. Mungkin dengan melembutkan jaringan tanaman, membuatnya lebih mudah diekstraksi, daripada menambah jumlahnya.
 
Tetapi, tidak ada jawaban langsung mengenai apakah sayuran yang dihangatkan dengan microwave akan mempertahankan lebih banyak nutrisi daripada metode lainnya. Sebab, setiap makanan berbeda dalam hal tekstur dan nutrisi yang dikandungnya.
 
"Meskipun secara umum menggunakan microwave adalah metode yang disukai, waktu optimal untuk sayuran berbeda akan berbeda," tutur Wu.
 
"Saat mempertimbangkan metode memasak rumah tangga yang umum digunakan, microwave adalah metode memasak yang disukai, setidaknya untuk banyak makanan nabati, tetapi mungkin tidak untuk setiap makanan nabati," tambahnya.
 

 
Dalam studi lain, peneliti membandingkan kandungan fenolat (senyawa yang terkait dengan berbagai manfaat kesehatan) dari berbagai sayuran setelah direbus, dikukus, dan dimasukan ke microwave. Pemanasan dan pengukusan menyebabkan hilangnya kandungan fenolik pada labu, kacang polong, dan daun bawang.
 
Akan tetapi, tidak berlaku pada bayam, paprika, brokoli atau kacang hijau. Para peneliti juga menguji aktivitas antioksidan. Untuk kedua ukuran tersebut, sayuran memiliki nasib lebih baik dalam microwave dibandingkan dengan direbus.
 
"Perlakuan panas sedang mungkin merupakan alat yang berguna dalam meningkatkan sifat kesehatan beberapa sayuran," tulis para peneliti.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)
Read All


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif