“Menyusui bisa dimanfaatkan untuk kontrasepsi. Hal ini karena untuk menyusui dibutuhkan hormon prolaktin. Semakin tinggi hormon prolaktin, maka hormon sitosin juga akan meningkat. Hormon sitosin yang meningkat ini akan menyebabkan rahim mengecil sehingga sulit terjadi kehamilan,” ujar Dr. dr. Andon Hesiantoro, Sp OG (K), dalam acara Konferensi Pers "10 Tahun Program Duta Oral Contraception Bayer Indonesia" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selas, 25 September 2018.
Hormon prolakin yang tinggi juga akan menyebabkan hormon kesuburan yang rendah sehingga sel telur atau folikel tidak bisa berkembang, katanya. Namun untuk menjadikannya sebagai alat kontrasepsi syarat utamanya adalah harus melakukan ASI eksklusif.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

(“Menyusui bisa dimanfaatkan untuk kontrasepsi. Hal ini karena untuk menyusui dibutuhkan hormon prolaktin. Semakin tinggi hormon prolaktin, maka hormon sitosin juga akan meningkat. Hormon sitosin yang meningkat ini akan menyebabkan rahim mengecil sehingga sulit terjadi kehamilan,” ujar Dr. dr. Andon Hesiantoro, Sp OG (K). Foto: Zach Lucero/Unsplash.com)
(Baca juga: Menyusui Bantu Turunkan Berat Badan Ibu Setelah Melahirkan)
“Syaratnya adalah ASI-nya harus eksklusif. Rata-rata ASI eksklusif bisa bertahan sampai empat bulan atau kadang enam bulan. ASI eksklusif maksudnya adalah ketika bayi membutuhkan ASI, ibu bisa langsung menyusuinya,” ujar dr. Andon.
Ia menambahkan, ketika bayi berusia enam bulan ke atas atau sudah membutuhkan makanan tambahan maka ASI sudah tidak efektif lagi menjadi alat kontrasepsi.
“Ketika anak sudah butuh makanan tambahan, disitulah sudah mulai tidak efektif karena bayi sudah tidak membutuhkan susu sehingga prolaktinnya pun berkurang sehingga efek kontrasepsinya pun berkurang.”
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id(TIN)