"Proporsi kematian berdasarkan usia, kurang dari 1 tahun sebanyak 0,01 persen di tahun 2019. Tahun 2020, sebanyak 0,02 persen," ujar Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu, 11 Maret 2020.
Kemudian, pada 2019, persentase kematian pada pasien yang berusia 1-4 tahun sebanyak 0,07 persen. Sedangkan pada 2020, terdapat sebanyak 0,11 persen.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Usia 5-14 tahun sebanyak 0,34 persen di satu tahun lalu. Pada tahun ini terjadi penurunan menjadi 0,32 persen," jelasnya.
Namun pada pasien usia 15-44 tahun, jumlahnya meningkat paling tinggi dibandingkan dengan kematian di usia lainnya. Persentase kematiannya sebesar 0,11 persen di tahun 2019. Sementara pada 2020, sebanyak 0,17 persen.
"Usia di atas dari 44 tahun pada 2019 berada di angka 0,04 persen. Pada 2020, sebanyak 0,05 persen," tuturnya.
Kasus kematian akibat DBD paling banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 32 orang meninggal dunia karena DBD, berdasarkan data per Rabu, 11 Maret 2020.
Kasus kematian tertinggi kedua di Jawa Barat, yakni sebanyak 15 orang. Kemudian, kasus kematian akibat DBD tertinggi selanjutnya terjadi di Jawa Timur, yaitu 13 jiwa.
"Paling sedikit ada di daerah Jambi, Kepri, Babel, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat. Totalnya satu kasus meninggal," pungkasnya.
Nadia mengatakan perbedaan jumlah kasus ini terjadi lantaran perbedaan iklim tiap daerah. Iklim memengaruhi populasi nyamuk aedes aegypti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(FIR)