Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti. DOK Medcom
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti. DOK Medcom

Lebih Rentan, Kenali Gejala DBD pada Anak Menurut Pakar UGM

Renatha Swasty • 07 Oktober 2025 10:04
Jakarta: Kelompok usia anak masih menjadi kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue. Peningkatan jumlah penderita demam berdarah pada anak disebabkan dua faktor utama, yaitu sistem kekebalan tubuh anak belum sempurna dan tingginya kemungkinan paparan di lingkungan sekolah dan rumah. 
 
“Kasus terbanyak di Indonesia masih didominasi oleh usia anak, terutama di bawah 10 tahun,” beber Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Eggi Arguni, dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa, 7 Oktober 2025. 
 
Selain itu, bayi juga rentan terkena DBD. Ini lantara antibodi dari ibu yang bisa menyebabkan reaksi lebih berat saat terinfeksi virus dengue.

Eggi mengatakan kasus DBD kini sudah merata di seluruh Indonesia. Namun, tingkat endemisitas tinggi terutama ditemukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Makassar, dan Medan. 
 
Faktornya karena kepadatan penduduk dan kondisi lingkungan yang mendukung berkembangnya nyamuk Aedes aegypti. Dia menyebut belum ada obat khusus untuk infeksi dengue. 
 
Penanganan penyakit bersifat suportif, seperti pemberian cairan, obat demam, atau transfusi bila terjadi perdarahan berat. Oleh karena itu, pencegahan menjadi kunci utama, seperti upaya vector control hingga pengendalian nyamuk penular. 
 
“Salah satunya melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan prinsip 3M Plus,” jelas dia.  Langkah ini mencakup menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, ditambah berbagai inovasi seperti memelihara ikan pemakan jentik dan melakukan fogging bila diperlukan. Masyarakat juga perlu mewaspadai waktu aktif nyamuk Aedes aegypti yang umumnya menggigit pada pagi hari hingga menjelang magrib. 
 
Menariknya, banyak yang belum sadar nyamuk DBD tidak hanya aktif malam hari seperti nyamuk biasa. “Justru mereka paling agresif di pagi sampai sore hari, terutama di lingkungan rumah,” ujar dia. 
 
Eggi juga mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat untuk tidak menunda pemeriksaan ketika muncul gejala demam karena diagnosis dini sangat diperlukan dalam penanganan infeksi dengue. Ia menekankan pasien sebaiknya segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit agar dapat ditangani sedini mungkin karena penanganan cepat dapat mencegah kondisi menjadi lebih berat.
 
Gejala yang perlu diwaspadai meliputi sakit perut hebat, muntah terus-menerus, perdarahan pada gusi atau kulit, serta tubuh yang terasa sangat lemas. “Bila gejala ini muncul, pasien harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan,” jelas dia. 
 
Kabar baiknya, Indonesia kini telah memiliki vaksin dengue yang bisa diberikan untuk usia 4 hingga 60 tahun. Vaksin ini tersedia mandiri di rumah sakit atau klinik swasta, meski belum termasuk dalam program vaksinasi nasional. 
 
Vaksin ini sangat direkomendasikan terlebih untuk masyarakat yang tinggal di daerah endemis dengan dosis dua kali dengan jarak tiga bulan. Eggi berharap pemerintah dapat segera memasukkan vaksin dengue ke dalam program nasional agar biaya vaksinasi lebih terjangkau.
 
Dia menegaskan infeksi dengue adalah tanggung jawab bersama. Infeksi ini masih menjadi masalah kesehatan dunia dengan angka kesakitan dan kematian tinggi. 
 
“Tidak ada satu cara pencegahan yang paling efektif, semua upaya harus dilakukan bersama, mulai dari menjaga kebersihan, PSN, vaksinasi, hingga edukasi masyarakat,” tegas dia. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan