Ilustrasi-Freepik
Ilustrasi-Freepik

Mengenal Penyakit Demensia Alzheimer dan Faktor Risikonya

Rona lansia demensia
Raka Lestari • 14 September 2020 20:49
Jakarta: Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO), saat ini di dunia ada lebih dari 50 juta orang mengalami demensia. Dan, demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang terbanyak, sekitar 60-70 persen.
 
Masyarakat sering menyebut kondisi ini sebagai pikun. Pikun seringkali dianggap biasa dialami oleh lansia, sehingga Demensia Alzheimer seringkali tidak terdeteksi. Padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda.
 
“Meskipun demensia sebagian besar dialami oleh lansia, kondisi ini bukanlah hal yang normal. Demensia Alzheimer merupakan penyebab utama ketidakmampuan dan ketergantungan lansia terhadap orang lain,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K), dalam acara Digital Media Briefing: Pikun Bukan Hal Normal, Kenali Gejala dan Segera Obati, Senin, 14 September 2020.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Menurut dr. Dodik, penyakit ini memberikan dampak fisik, psikososial, sosial, dan beban ekonomi. Bukan hanya bagi penderita, tapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitar. Estimasi jumlah penderita Penyakit Alzhemeir di Indonesia pada 2013 mencapai satu juta orang.
 
“Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi empat juta orang pada 2050. Bukannya menurun, tren penderita Demensia Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya," ujar dr. Dodik.
 

"Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam diagnosis dan perawatan. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan secara terus menerus sangat penting,” tambah dr. Dodik.
 
Ketua Studi Neurobehavior PERDOSSI, dr. Astuti, Sp.S(K), mengatakan, penyakit Demensia Alzheimer memiliki faktor risiko yang bisa dimodifikasi seperti penyakit vaskular, metabolik, pasca cidera kepala, pendidikan rendah, dan depresi.
 
"Sedangkan faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi yaitu usia lanjut dan faktor genetik yaitu memiliki keluarga yang mengalami Demensia Alzheimer,” ujar dr. Astuti.
 
“Selain mengetahui faktor risikonya, penting juga untuk menyadari bahwa Demensia Alzheimer bersifat kronis progresif, artinya semakin bertambah kerusakan otak seiring bertambahnya umur. Sehingga deteksi dini sangat penting bagi penyakit Demensia Alzheimer. Dengan deteksi dini, pasien dapat lebih cepat ditangani sehingga kerusakan otak karena Alzheimer dapat diperlambat,” tutup dr. Astuti.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(FIR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif