Apakah penggunaan rapid test sudah tepat untuk bepergian? Simak jawaban para pakar. (Foto: Pexels.com)
Apakah penggunaan rapid test sudah tepat untuk bepergian? Simak jawaban para pakar. (Foto: Pexels.com)

Penggunaan Rapid Test Sebagai Syarat Bepergian, Apakah Sudah Tepat?

Rona covid-19
Raka Lestari • 03 September 2020 11:09
Jakarta: Penggunaan rapid test untuk melakukan pengecekan terhadap covid-19 saat ini memang banyak dilakukan.
 
Apalagi saat ini rapid test banyak digunakan sebagai syarat untuk bepergian. Namun memang penggunaan rapid test ini masih menjadi kontroversi karena adanya false negative pada hasil rapid test.
 
“Jadi memang ini sangat dilematis, untuk naik pesawat atau kereta api jarak jauh misalnya masih dibutuhkan rapid test sebagai syarat. Dan memang rapid test ini meskipun hasilnya non-reaktif tidak bisa meyakinkan bahwa seseorang itu tidak sakit,” ujar Prof. Pratiwi Sudarmono, Guru Besar dan Pakar Mikrobiologi Universitas Indonesia, dalam sesi wawancara eksklusif dengan media, Rabu, 2 September 2020.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Menurut Prof. Pratiwi, kendala lainnya memang tes PCR cenderung lebih lama dibandingkan rapid test.
 
“Paling cepat untuk PCR itu hasilnya diketahui dalam waktu sehari. Kalau untuk pemeriksaan umum, bisa lebih lama. paling cepat dua atau tiga hari. Selain itu, tes PCR ini harganya juga lebih mahal,” tambahnya.
 
“Rapid test baru bisa reliable pada minggu kedua dari perjalanan sakitnya. Sehingga seharusnya jika ingin menggunakan rapid test, pemeriksaannya harus diulang dua kali dalam satu minggu. Kalau hanya sekali pemeriksaan tidak bisa dipercaya karena meskipun hasilnya non-reaktif tidak serta merta bahwa seseorang tidak terinfeksi,” kata Prof. Pratiwi.
 
Menurut dr. Budiman Karma, Direktur Operasional Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) Lab, “Jadi secara prinsip memang kembali lagi kalau kita ingin mendiagnosis apakah seseorang terinfeksi atau tidak harus pakai PCR karena PCR mengidentifikasi virus,” tambahnya.
 
“Kalau rapid test, mendeteksi imunitas dan reaksi imun tubuh terhadap virus. Otomatis membutuhkan waktu dan respons individu berbeda-bera tentunya. Inilah yang menyebabkan akurasnya kurang. Dan memang untuk keperluan bepergian, bisnis, atau sekolah, kalau menjaga kesehatan tetap PCR yang disarankan,” tutupnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif