Salah satu daerah yang mengalami pergeseran itu adalah kabupaten Teluk Bintuni.
"Pola penyakit di Teluk Bintuni tak berbeda dengan kota besar. Kalau dulu karena malaria atau tuberkulosis, sekarang karena penyakit jantung, hipertensi, atau gagal ginjal," ujar Direktur Utama RSUD KAB Teluk Bintuni Dr. Eka W Suradji, PhD dalam temu media di RSUD Teluk Bintuni, Selasa, 28 Agustus 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurutnya, pola hidup masyarakat yang berubah turut berpengaruh. Gizi yang buruk pada satu dekade lalu telah diperbaiki dan kesejahteraan semakin bagus. Selain itu, pelayanan kesehatan yang terus berkembang juga pemicu mengapa angka penyakit menular semakin menurun.
Sayangnya, perubahan tersebut juga memberi dampak buruk.
"Terbiasa makan kepiting atau udang sementara konsumsi sayur jelek. Jadi kolesterol naik."
Data RSUD Teluk Bintuni pada tahun 2018 menyebutkan bahwa penyakit kemih, diabetes melitus, dan anemia masuk dalam 5 besar penyakit rawat inap. Kemudian, PTM yang masuk dalam 5 besar penyakit rawat jalan adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), maag, dan hipertensi.
Sementara itu, diare menduduki peringkat pertama pada penyakit rawat inap dan peringkat empat pada penyakit rawat jalan. Higienitas yang kurang adalah pemicu paling umum.
"Kebiasaan tidak cuci tangan setelah memegang benda-benda," pungkasnya.
Lihat video:
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)