Hingga saat ini, obat Antiretroviral (ARV) masih menjadi satu-satunya obat yang digunakan para penderita HIV/AIDS. (Foto: Avert)
Hingga saat ini, obat Antiretroviral (ARV) masih menjadi satu-satunya obat yang digunakan para penderita HIV/AIDS. (Foto: Avert)

Obat AIDS Kemungkinan Bisa Tak Lagi Gratis

Rona aids
Sri Yanti Nainggolan • 02 Desember 2016 15:42
medcom.id, Jakarta: Hingga saat ini, obat Antiretroviral (ARV) masih menjadi satu-satunya obat yang digunakan para penderita HIV/AIDS. ARV berfungsi menghentikan replikasi dari virus HIV agar tidak terus berkembang dalam tubuh. 
 
Ketua Komite Program Yayasan AIDS Indonesia (YAIDS), dr. Sarsanto W Sarwono mengungkapkan bahwa obat yang harus diminum setiap hari ini kini diberikan secara gratis oleh pemerintah Indonesia kepada para penderita. 
 
(Baca juga: 9 Fakta tentang HIV/AIDS)

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Saat pertama kali ditemukan, obat ini dijual seharga Rp 4,8 juta. Namun setelah dipaksa untuk dijadikan generik dalam waktu 10 tahun (normalnya 20 tahun), obat ini pun dijual seharga Rp 500 ribu dan pada masa pemerintahan Megawati mendapat subsidi hingga menjadi Rp 250 ribu," terangnya dalam acara penendatanganan komitmen #JakartaSadar2017, Kamis (1/12/2016). 
 
Namun, ia mengungkapkan kekhawatiran akan penghentian proyek tersebut karena pada dasarnya proyek tersebut masih mendapatkan bantuan dari Global Fund. 
 
"Bila obat ARV kelak menjadi berbayar, ini akan menjadi kemunduran bagi pemerintah. Penderita yang terbiasa mendapat gratis akan mengalami kesulitan," menurutnya. 
 
Oleh karena itu, saat ini YAIDS Indonesia tengah mengusahakan agar anggaran tersebut masuk dalam program Kementerian Kesehatan agar pengobatan tidak terhenti. 
 
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian obat-obatan ARV secara gratis melalui klinik-klinik yang ditunjuk oleh pemerintah. 
 
Jika penderita berhenti menggunakan ARV, maka virus akan tumbuh kembali dan daya tahan penderita pun akan semakin menurun. 
 
"Penyakit yang tadinya tak berkembang akan jadi berkembang, salah satunya tuberkulosis (TBC)," pungkasnya. 
 

 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif