Kanker payudara menempati posisi kedua penyebab kematian karena kanker setelah kanker paru-paru. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)
Kanker payudara menempati posisi kedua penyebab kematian karena kanker setelah kanker paru-paru. (Foto: Ilustrasi. Dok. Pexels.com)

Pentingnya Mengetahui Subtipe Kanker Payudara dan Terapi yang Tepat

Rona kanker payudara
Raka Lestari • 01 September 2020 09:20
Jakarta: Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan penderita yang cukup banyak di Indonesia.
 
Menurut studi Globocan pada tahun 2018, kanker payudara menempati peringkat kanker tertinggi di Indonesia dengan 58.256 kasus baru pada tahun 2018.
 
Kanker payudara juga menempati posisi kedua penyebab kematian karena kanker, setelah kanker paru-paru.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Menurut dr. Ronald Hukom, SpPD-KHOM, Hematologi Onkologi Medik RS Kanker Dharmais, menjelaskan bahwa untuk mengetahui subtipe kanker payudara metastatis, semua hasil biopsi, misalnya core-biopsy.
 
Atau hasil operasi pengangkatan tumor dengan laporan patologi kanker payudara, perlu diperiksa dengan beberapa tes tambahan untuk mengetahui subtipenya, termasuk dengan tes HR (ER/EPR) dan HER2. 
 
Subtipe kanker seusai laporan patologi sangat menentukan pilihan obat yang disarankan dokter, sehingga laboratorium patologi dengan kemampuan lengkap harus tersedia pada semua provinsi dan rumah sakit yang menangani kanker. 
 
 

 
“Dengan memahami subtipe kanker payudara, diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesembuhan dan kualitas hidup penderita kanker payudara metastatis,” ujar dr. Ronald Hukom, dalam acara Webinar Kanker Payudara Pfizer, Senin, 31 Agustus 2020. 
 
Terapi yang tersedia untuk kanker payudara metastatik di Indonesia sudah cukup lengkap.
 
Tergantung hasil patologi, perawatan bisa dilakukan dengan kemoterapi, terapi hormon, terapi target, imunoterapi, termasuk sekarang juga sudah tersedia CDK 4/6 inhibitor untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
 
“Sebelum memulai pengobatan pada kanker payudara metastatik, pasien harus yakin sudah mendapat informasi yang cukup, bila perlu dengan minta opini kedua pada dokter ahli lainnya, dan terapi harus dilakukan oleh dokter yang tepat, khususnya Onkologi Medik yang berpengalaman,” ujar dr. Ronald Hukom.  
 
Dengan kemajuan teknologi, perkembangan terapi kanker payudara metastatik tumbuh sangat pesat. Semua terapi yang baru memungkinkan hasil yang lebih baik, khususnya yang sudah memiliki bukti yang kuat.
 
Guna menghindari informasi yang menyesatkan, dr. Ronald Hukom mengingatkan pasien untuk waspada terhadap hoaks pada terapi kanker, karena hal tersebut sangat berbahaya.
 
“Pasien kanker payudara stadium 2 yang harapan sembuhnya tinggi, karena mengikuti himbauan hoaks menjadi tidak dapat disembuhkan. Atau pasien stadium 4 metastatik yang masih bisa memiliki harapan median survival lebih dari 5 tahun, namun menggunakan obat yang tidak tepat, dapat mengurangi periode survival," tutup dr. Ronald.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(TIN)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif