Dengan mengenal tanda bahaya sejak dini, orang tua dapat lebih mudah mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang, salah satunya terkait keterlambatan bicara anak.
Dr. Amien Suharti, Sp.KFR, dokter spesialis rehabilitasi medik di RSUI menjelaskan mengenai aspek rehabilitasi medis keterlambatan bicara pada anak.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Dalam perkembangan bicara bahasa anak dikenal istilah plastisitas otak yaitu kemampuan otak untuk memperbaiki dan mengembangkan dari neuron-neuronnya. Periode kritis dari perkembangan neuron-neuron ini terjadi dari usia 0 - 4 tahun, sehingga pada masa kritis ini para orang tua diharapkan dapat memberikan sebanyak-banyaknya stimulasi pada anak,” ujar dr. Amien.
Ia juga menambahkan bahwa semakin sering anak disentuh, didengarkan cerita, diperdengarkan suara, diperlihatkan gambar, dapat menstimulasi perkembangan neuron-neuron anak. terdapat tiga jenis gangguan bicara bahasa yaitu:
- Gangguan bahasa ekspresif (tidak bisa mengeluarkan kata-kata)
- Gangguan bahasa reseptif (kurang pemahaman)
- Gangguan bahasa ekspresif (gabungan keduanya)
Lebih lanjut, dr. Amien mengatakan bahwa orang tua perlu mengenali red flag (indikator tanda bahaya) saat anak berusia 12 – 24 bulan sebagai salah satu bentuk pencegahan keterlambatan bicara anak.
“Orang tua sebaiknya tidak menunggu hingga anak berusia dua tahun jika mengalami gangguan bicara, namun semakin cepat mendeteksi semakin baik. Peran orang tua di rumah sangatlah besar bagi kemampuan bahasa anak,” tambah dr. Amien.
Dr. Achmad Rafli, Sp.A, dokter spesialis anak di RSUI juga menyarankan agar orang tua selalu aktif memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Para orang tua diharapkan untuk tidak memberikan gadget bagi anak yang masih berusia di bawah dua tahun karena dapat mengganggu perkembangan bahasa anak terkait persepsi dan ekspresi anak,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)