Pada umumnya, ADHD menyerang pada masa kanak-kanak namun gejala yang ditimbulkan dapat terjadi secara terus menerus hingga masa remaja atau dewasa. “ADHD ini berbeda dengan autis. Anak yang memiliki ADHD itu biasanya gejalanya hiperaktif dan memiliki gangguan perhatian (inatensi),” ujar dr. Herbowo, dalam Webinar Seminar Awam Menjaga Kesehatan pada Anak ADHD di Masa New Normal, Jumat 24 Juli 2020.
“Sedangkan anak yang autis biasanya mengalami keterlambatan berbicara, gangguan sosial seperti tidak mau bermain, perilaku berulang dan minat yang terbatas. Kalau autis biasanya seorang anak tersebut tidak mengalami hiperaktif,” ujar dr. Herbowo.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia menjelaskan bahwa banyak orang yang masih kesulitan membedakan keduanya. “Kalau ada anak yang terlambat bicara, tetapi dia aktif. Maka hati-hati mungkin ini sebenarnya bukan ADHD tetapi mungkin dia sebenarnya autis,” tambah dr. Herbowo.
“Kalau anak yang ADHD biasanya tidak ada gangguan bicara, justru karena mereka cenderung hiperaktif maka mereka bisa saja berbicara terus menerus. Atau bahkan mengajak ngobrol semua orang yang ada di sekitarnya tersebut. Justru keduanya saling berkebalikan,” ujar dr. Herbowo.
Menurut dr. Herbowo, ADHD adalah kelainan organik dengan gangguan neutransmisi otak dimana kondisi tersebut dapat dibantu dengan medikasi. Yaitu dengan memberikan obat-obatan yang secara efekti dapat membandu mengendalikan gejala ADHD.
“Jika ADHD tidak dirawat atau diberikan tatalaksana yang tepat, dapat menyebabkan anak tersebut menderita luka berat saat masa kanak-kanak, kemungkinan menyalahgunakan obat/alkohol atau mereokok, dan lebih dari satu kali kejadian dengan polisi saat remaja,” tutup dr. Herbowo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(YDH)
