FITNESS & HEALTH

Tanda-tanda Autisme pada Anak Usia 2 Tahun ke Atas

A. Firdaus
Selasa 16 September 2025 / 15:10
Jakarta: Pada anak-anak prasekolah dan yang lebih tua, tanda-tanda autisme biasanya merupakan kelanjutan dari gejala yang sudah muncul sejak masa bayi dan balita.

Pada usia ini, beberapa ciri khas mulai terlihat lebih jelas dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari anak, seperti dalam hal komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

Kelley Yost Abrams, Ph.D., psikolog perkembangan menjelaskan perbedaannya. Berikut adalah penjelasan mengenai tanda-tanda autisme pada anak usia 2 tahun ke atas:
 

1. Lebih lambat memiliki kemampuan berbicara


Salah satu tanda yang sering ditemukan adalah penundaan bahasa yang berkelanjutan. Beberapa anak mungkin sama sekali tidak berbicara, sementara yang lain mungkin sudah mulai berbicara tetapi mengalami kesulitan dalam mengekspresikan kebutuhan atau perasaannya.

Pola bicara yang tidak biasa juga sering muncul. Misalnya berbicara dengan suara yang sangat tinggi, nada yang datar tanpa variasi, atau menggunakan kata-kata tunggal tanpa membentuk kalimat lengkap.

Kesulitan dalam memahami apa yang dikatakan orang lain juga menjadi hal yang umum. Sehingga anak mungkin tidak merespons saat namanya dipanggil atau tidak mampu mengikuti instruksi sederhana.

Baca juga: Kenali Ciri Autisme pada Bayi Usia 4–12 Bulan Agar Dapat Ditangani Lebih Cepat
 

2. Kurang suka berinteraksi dengan orang lain


Di sisi lain, anak-anak dengan autisme seringkali memiliki memori yang sangat baik untuk hal-hal seperti lagu, angka, huruf, atau topik tertentu yang menarik minat mereka. Namun, mereka cenderung lebih suka bermain sendiri dan menunjukkan minat yang terbatas terhadap anak-anak lain.

Kesulitan dalam membuat dan mempertahankan pertemanan juga menjadi tantangan yang sering dihadapi. Selain itu, anak mungkin tidak mengenali emosi orang lain, seperti ketika orang lain sedang sedih atau terluka, sehingga kurang menunjukkan empati dalam interaksi sosial.

Minat untuk tampil di depan umum, seperti bernyanyi, menari, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial, biasanya juga berkurang. Anak dengan autisme mungkin enggan untuk terlibat dalam permainan imajinatif dan jarang meniru perilaku atau tindakan orang lain.
 

3. Memiliki emosi yang tidak stabil


Dalam situasi emosional, mereka bisa melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri, seperti menggigit atau memukul diri sendiri saat merasa sedih atau frustrasi. Respons terhadap rangsangan fisik juga bisa berbeda dari anak-anak pada umumnya.

Beberapa anak bereaksi berlebihan terhadap rasa sakit atau rangsangan tertentu. Sementara yang lain mungkin kurang bereaksi terhadap hal-hal yang biasanya menimbulkan rasa sakit.

Rasa takut yang tidak beralasan terhadap benda atau situasi tertentu juga dapat muncul, begitu pula dengan keberanian yang berlebihan dalam menghadapi hal-hal yang seharusnya menimbulkan rasa takut.

Tantangan perilaku lain yang mungkin muncul meliputi resistensi terhadap perintah atau aturan, hiperaktivitas, impulsivitas, dan agresi. Sensitivitas yang tinggi terhadap suara, rasa, bau, tekstur, cahaya, atau warna juga dapat menyebabkan anak menunjukkan perilaku yang membatasi, seperti menolak sentuhan, memilih pakaian tertentu, memilih-milih makanan.
 

4. Melakukan perilaku berulang


Selain itu, perilaku berulang seperti bergoyang, memutar badan, atau mengibaskan tangan (dikenal sebagai stimming) sering terlihat sebagai cara anak menenangkan diri atau mengatasi kecemasan. 

Secillia Nur Hafifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH