FAMILY

Kapan Harus Khawatir Saat Balita Memukul Dirinya Sendiri?

Yatin Suleha
Selasa 23 September 2025 / 08:34
Jakarta: Memukul diri sendiri pada balita memang bisa menjadi hal yang mengkhawatirkan, terutama jika perilaku tersebut terjadi secara teratur dan tidak hanya sebagai bagian dari amukan biasa atau reaksi terhadap rasa sakit yang bersifat sementara.

Dalam beberapa kasus, perilaku menyakiti diri sendiri ini bisa menjadi tanda adanya kondisi yang lebih serius, seperti autisme atau gangguan perkembangan intelektual.

Baca juga: Bagaimana Cara Menyikapi Saat Anak Menolak Toilet Training

Untuk itu, penting bagi orang tua atau pengasuh untuk mengenali tanda-tanda yang menunjukkan perlunya konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional. Dilansir dari Parents, berikut ini adalah tiga kondisi yang perlu diperhatikan:
 

1. Tanda-tanda autisme atau gangguan perkembangan   


Selain memukul diri sendiri, anak-anak dengan autisme atau gangguan perkembangan lainnya mungkin juga menunjukkan perilaku seperti menggaruk, mencubit, menggigit diri sendiri, dan membenturkan kepala mereka.

Perilaku menyakiti diri sendiri ini terkadang menjadi cara anak-anak tersebut untuk menenangkan diri. Misalnya, memukul kepala secara ritmis dapat memberikan stimulasi vestibular.

Stimulasi vestibular adalah gerakan tertentu yang membantu tubuh menjaga keseimbangan dan mengetahui posisinya di ruang.

Aktivitas seperti berputar, berayun, dan melompat merupakan contoh stimulasi vestibular yang membantu telinga dalam dan otak mendeteksi gerakan serta keseimbangan.

Jika perilaku ini muncul bersamaan dengan tanda-tanda lain yang mengarah pada gangguan perkembangan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
 

2. Balita melukai diri sendiri secara serius   



(Pada balita yang sedikit lebih besar, frustrasi yang sangat kuat karena kesulitan mengekspresikan diri secara verbal bisa menjadi penyebab perilaku memukul diri sendiri. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)

Perhatian khusus harus diberikan jika balita memukul diri sendiri dengan sangat keras hingga menyebabkan luka, memar, dan cedera lain yang nyata.

Cedera fisik yang berulang akibat perilaku ini bisa membahayakan kesehatan dan keselamatan anak. Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk segera mencari bantuan medis agar anak mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
 

3. Keterlambatan bicara   


Pada balita yang sedikit lebih besar, frustrasi yang sangat kuat karena kesulitan mengekspresikan diri secara verbal bisa menjadi penyebab perilaku memukul diri sendiri.

Keterlambatan bicara membuat anak sulit menyampaikan kebutuhan dan perasaannya, sehingga mereka mungkin menggunakan cara-cara lain yang kurang sehat untuk mengekspresikan emosi.

Jika ada kekhawatiran mengenai kemampuan bicara anak, konsultasi dengan tenaga kesehatan atau ahli perkembangan anak sangat dianjurkan untuk mendapatkan evaluasi dan intervensi yang sesuai.

Jika terdapat keraguan atau kekhawatiran mengenai perilaku memukul diri sendiri pada balita, selalu lebih baik untuk membawa anak ke tenaga kesehatan.

Pemeriksaan medis dan evaluasi perkembangan dapat membantu menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi medis atau keterlambatan perkembangan yang mendasari perilaku tersebut. Konsultasi ini juga memberikan ketenangan pikiran bagi orang tua atau pengasuh.

Baca juga: 7 Tanda Balita Mencintai Ibunya

Sementara menunggu pemeriksaan atau penanganan lebih lanjut, fokus utama adalah berusaha mengurangi perilaku memukul diri sendiri dan membantu balita menemukan cara lain yang lebih sehat untuk mengekspresikan frustasi dan perasaan mereka.
 

Secillia Nur Hafifah


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH