Selama masa pandemi covid-19, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat terjadi peningkatkan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). (Ilustrasi/Pexels)
Selama masa pandemi covid-19, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat terjadi peningkatkan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). (Ilustrasi/Pexels)

Mengapa Kasus KDRT Meningkat di Masa Pandemi?

Rona kekerasan dalam rumah tangga
Raka Lestari • 11 Juni 2020 13:05
Jakarta: Selama masa pandemi covid-19, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat terjadi peningkatkan tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
 
“Pada kondisi pandemi seperti sekarang ini, kebanyakan orang bekerja dari rumah (WFH). Mereka bekerja di rumah, ketemu keluarga terus-menerus, sehingga terjadi peningkatan KDRT di masa pandemi. Hal tersebut bisa terjadi karena banyak faktor,” ujar Dr. Rini Sugiarti, M,Si dari Layanan Psikolog Sehat Jiwa – HIMPSI, pada acara Diskusi Online yang dilakukan oleh AJI Indonesia, Rabu, 10 Juni 2020.
 
Ia memberikan contoh ketika suami istri yang biasanya di kantor pada masa pandemi ini harus ada di rumah, lifestyle mereka pun jadi berubah, sering bertemu sehingga menyebabkan sering terjadi pertengkaran. “Namun memang, dikembalikan lagi jika mengalami KDRT menngkat bisa dilihat dari potret keluarganya atau quality time dalam keluarganya bagaiamana,” jelas Rini. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Ketika pasangan bertemu terus-menerus, bisa jadi bosan dan jengkel, maka terjadilah KDRT. Meskipun memang, tidak semua keluarga mengalami hal tersebut,” tambah Rini. “Artinya adalah pasangan bisa berdiskusi untuk mengondisikan rumah agar bisa menjalankan pekerjaan dengan baik,” katanya.
 
Menurut Rini, selain karena terlalu sering bertemu beban kerja dan masalah ekonomi juga bisa menjadi pemicu terjadinya KDRT. “Bisa juga selain sering ketemu, ditambah juga harus bekerja, atau ketika di rumah pendapatan menjadi berkurang, itu bisa menjadi pemicu terjadinya KDRT,” kata Rini.
 
“Kalau untuk masyarakat menengah keatas mungkin selama masa pandemi bisa menghadapinya dengan baik ya, tetapi kalau masyarakat yang kelas bawah belum tentu. Misalnya mereka tidak ada penghasilan, bawaannya emosi terus, maka itu bisa terjadilah KDRT,” ujar Rini.
 
Ia juga menambahkan bahwa ketika pikiran seseorang sedang jengkel, biasanya akan malas untuk bertemu orang lain termasuk juga pasangan. Hal itu juga bisa menjadi pemicu pertengkaran yang mungkin bisa mengarah kepada KDRT.
 
“Masa pandemi ini kan kita harus beradaptasi. Bagaimana adaptasinya? Jadi meskipun pekerjaan harus dikejrakan di rumah tetap self control harus bagus,” ujar Rini.
 
Menurutnya, ketika sedang bekerja maka fokuslah pada pekerjaan, sehingga ketika sudah merasa lelah dan butuh istirahat bisa dimaksimalkan yang tentunya bisa mengurangi beban fisik dan mental sehingga pertengkaran dengan pasangan bisa dihindari.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif