Dibandingkan dengan wanita yang memiliki berbagai pilihan alat kontrasepsi, pria hanya memiliki sangat sedikit pilihan. Salah satunya adalah vasektomi.
Pada 2002, para peneliti bertanya kepada lebih dari 9.000 pria di empat benua, apakah mereka mau menggunakan kontrasepsi yang mampu mencegah produksi sperma. Lebih dari setengahnya mengatakan ya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Jadi masalahnya bukan kurangnya keinginan pada alat kontrasepsi itu sendiri, tetapi lebih kepada faktor biologis manusia itu sendiri. Wanita berovulasi hanya satu atau dua telur setiap bulan. Sedangkan pria memproduksi sperma setiap hari, dan itu bukan hanya satu atau dua.
Untuk mencapai infertilitas, jumlah sperma pria perlu diturunkan menjadi sekitar 1 hingga 10 juta per mililiter, tetapi untuk mencapai jumlah tersebut hampir mustahil. Setidaknya tanpa adanya efek samping. Itu karena jumlah sperma terkait dengan produksi testosteron.
Dan jika Anda memiliki tingkat libido yang rendah, Anda akan menghasilkan sangat sedikit testosteron. Efeknya akan sangat ekstrem sehingga sangat berisiko jika dibuat pil kontrasepsi untuk pria. Namun baru-baru ini, Christina Wang, MD, dari LA BioMed Researcher menemukan cara baru untuk membuat alat kontrasepsi pada pria.
Dr Wang melakukan penelitian terhadap gel yang dapat menurunkan testosteron di testis. di mana sperma diproduksi sambil tetap menjaga level testosteron di tempat lain tetap normal. Itu berarti jumlah sperma yang rendah, namun tidak ada efek samping yang signifikan.
Jadi mereka memiliki kemampuan untuk menyuntikkan gel ini ke dalam vas deferens, dan menyumbat sperma. Pada dasarnya teknik ini sama dengan vasektomi, tetapi tidak sampai melakukan pemotongan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id(FIR)