Setiap anak memiliki perilaku yang berbeda saat dihadapkan masalah. Ada yang ngambek, nangis, diam saja, dan bahkan berlaku agresif. (Ilustrasi/Pexels)
Setiap anak memiliki perilaku yang berbeda saat dihadapkan masalah. Ada yang ngambek, nangis, diam saja, dan bahkan berlaku agresif. (Ilustrasi/Pexels)

Bagaimana Menghadapi Anak yang Suka Memukul?

Rona psikologi anak
Kumara Anggita • 01 Mei 2020 10:29
Jakarta: Setiap anak memiliki perilaku yang berbeda saat dihadapkan masalah. Ada yang ngambek, nangis, diam saja, dan bahkan berlaku agresif. Ketika anak mulai agresif dan tak bisa dikontrol para orangtua jadi frustasi. 
 
Kira-kira apakah ada solusi dari perilaku anak seperti ini? Berikut penjelasannya oleh Reynitta Poerwito, Bach of Psych.,M.Psi.,Psikolog dalam Konsul Psikolog 1 di Orami. 
 
Dalam menghadapi anak yang agresif, Rey menekankan agar Anda tidak terbawa emosi. Berikan suasana tenang untuk mengontrol amarahnya itu. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Kalau anaknya masih usia balita, kalau lagi marah coba dipeluk erat mba sampai dia tidak bisa menggerakkan tangannya. Jadi kita ajarin untuk bisa mengontrol perilakunya ketika marah. Sambil kita omongin di kupingnya tenang ya nak, ibu sayang banget sama kamu,” ujarnya. 
 
Menurutnya, ada berbagai faktor yang menyebabkan anak berperilaku ekspresif seperti itu, salah  satunya adalah karena faktor genetik 
 
“Biasanya kerentanan anak terhadap stress itu sebagian diturunkan dari orangtuanya. Kalau orangtua cukup ekspresif dalam mengungkapkan emosi, anak juga akan mendapatkan hal itu dari faktor genetiknya,” paparnya. 
 
Rey menyarankan agar orangtua mempelajari akar kemarahan anak. Dengan seperti itu, Anda bisa tahu meredamkan kemarahan anak dengan cara yang tepat. 
 
“Pelajari juga sikapnya yang suka emosian ya mba apakah anaknya cenderung perfeksionis sehingga mudah marah kalau ada suatu hal yang tidak bisa dia lakukan dan dia frustrasi terhadap dirinya sendiri?,” jelasnya.
 
“Kalau iya, kita yang menenangkan dirinya dengan mengatakan tidak apa-apa nak kalau tidak bisa, lalu kita juga melakukan kegiatan yang sama dan kita pura-pura ga bisa mba lalu bilang ‘waduh ibu ternyata juga ga bisa, tapi gak apa-apa yuk kita sama-sama belajar’,” ungkapnya.
 
“Cara ini aku terapkan banget ke anakku yang pertama yang mudah banget stress kalau dia ga bisa sesuatu ternyata memang setelah aku perhatiakn dia anaknya perfeksionis. Jadi aku suka mencontohkan kalau aku juga tidak bisa mengerjakannya. Dan aku bilang gak apa apa tuh mommy juga ga bisa, yuk kita belajar bareng. Jadi lama-lama anak bsia related kalau ibuku ga bisa, aku juga seharusnya ga apa-apa kalau ga bisa,” tambahnya. 
 
Kenali anak Anda dari berbagai hal termasuk kemarahannya, dengan seperti itu, kedekatan pun akan semakin terbangun.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(YDH)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif