Contohnya saja Ibrahim Nashawaty, pengungsi dari Suriah yang kini tinggal di Brasil, menjalani Ramadan untuk pertama kalinya di 'Negeri Samba' merupakan pengalaman yang aneh.
Ia merasa Ramadan tidak lagi sama. Sejak 6 bulan lalu, ia bersama tiga saudara dan orang tuanya memilih meninggalkan Suriah karena perang saudara yang berkecamuk. Mereka pun memutuskan tinggal di Brasil yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ini aneh bagi saya," katanya seperti dilansir Worldbulletin.net, Senin (7/7/2014).
Meski begitu, Ibrahim mengakui puasa di Brasil memiliki berkah lain. Selain lebih sejuk karena cuaca di Brasil tidak sepanas Suriah, negara itu juga memiliki waktu puasa lebih pendek daripada negara asalnya.
Survei menunjukan penduduk muslim di Brasil hanya sekitar 32.167 jiwa atau 0,02% dari 199 juta populasi penduduk, tapi meningkat. Bahkan pada 2000-2010 populasinya meningkat hingga 29%.
Di Brasil, umat muslim biasanya berkumpul dan berdoa di Islamic Center of Brasilia, sebuah masjid yang tenang di utara.
Pengalaman Ramadan lain di Brasil juga dirasasakan Bakhtear Binalam dari Bangladesh. Ia telah bekerja di Brasil selama 1,5 tahun sebagai pelayan.
Menurutnya, hingar bingar Piala Dunia 2014 yang mengharuskannya menyajikan makanan dan minuman untuk orang-orang yang tidak puasa tidak membuat puasanya menjadi sulit.
"Bagi saya, ini adalah ekspresi terbesar dari agama saya. Saya sangat senang melakukannya. Ini bukan hanya tentang puasa, melainkan juga tentang amal, tentang memberikan sebagian uang Anda untuk membantu orang miskin. Begitu pula dalam puasa, saya menyerahkan kesehatan saya hanya kepada Allah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (PRI)
