Guru SMAN 1 Tambun Bekasi, Jawa Barat, Dian Rosalina Sihotang, saat memberikan pembelajaran daring. Foto: Medcom.id/Ilham Pratama Putra
Guru SMAN 1 Tambun Bekasi, Jawa Barat, Dian Rosalina Sihotang, saat memberikan pembelajaran daring. Foto: Medcom.id/Ilham Pratama Putra

Pontang-panting Merancang Pembelajaran Daring

Citra Larasati • 17 November 2020 19:38

Merindukan tatap muka

Bahkan sejak Juli lalu, siswa hingga guru juga mulai dapat menikmati PJJ daring. Meski begitu, seluruh warga sekolah tetap merindukan dan menantikan pembelajaran tatap muka.
“Sudah enggak sabar belajar tatap muka,” kata Muhammad Farrel Ritonga, siswa kelas 11 IPA I SMAN 1 Tambun.
 
Meski anak kedua dari tiga bersaudara ini cukup menikmati PJJ daring, namun baginya pembelajaran tatap muka adalah yang terbaik. Sebab, belajar dari rumah dengan mengandalkan jaringan internet sering kali menghadapi kendala.
 
“Kasian yang sinyal di rumahnya jelek, belum lagi susah konsen karena di rumah banyak gangguan. Vibes-nya beda kalau bangun tidur. Paling sedih sih uang jajan jadi dipotong,” seloroh Farrel.

Ia pun khawatir akan ketinggalan pelajaran, sebab tahun depan ia akan masuk ke kelas 12 dan bersiap untuk berkompetisi masuk perguruan tinggi negeri (PTN). “Khawatir ketinggalan pelajaran karena target belajar dan target masuk PTN juga tetap tinggi dan ingin dicapai,” tegas kelahiran 22 Januari 2004 ini.
Pontang-panting Merancang Pembelajaran Daring
Pendiri komunitas tunarungu atau komunitas kaleb Bitung, Donna Christha Renata, menyapa melalui aplikasi zoom meeting di Kota Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (7/11/2020). Foto: MI/Usman Iskandar
 
Hal senada juga disampakan Fauzul Amni, siswa kelas XI IPS I SMAN 77 Jakarta. Sebenarnya Zulam, sapaan akrabnya, mengaku sangat menikmati metode PJJ daring selama pandemi covid-19.
 
"Kalau belajar PJJ lebih enak sih, lebih nyantai. Kalau di sekolah harus bangun pagi, mandi terus ke sekolah. Kalau daring bangun pagi tinggal ke hadapan laptop, belajar," ujar Zulam.
 
Namun tetap saja, ia selalu merindukan dapat kembali belajar tatap muka di sekolah. Bertemu dengan teman-teman sekelasnya, juga dapat menanyakan langsung pelajaran yang kurang ia mengerti saat dijelaskan oleh guru.
 
Sebab saat belajar daring, Zulam kerap mengalami kesulitan saat harus belajar matematika dan bahasa Jepang. “Sebab, matematika itu banyak angka dan gambarnya, aplikasi di gawai dan laptop saya kesulitan membaca gambar,” ujat Zulam, yang merupakan siswa difabel netra ini.
 
Halaman Selanjutnya
Sudah tiga tahun ini Zulam…




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan