Guru SMAN 1 Tambun Bekasi, Jawa Barat, Dian Rosalina Sihotang, saat memberikan pembelajaran daring. Foto: Medcom.id/Ilham Pratama Putra
Guru SMAN 1 Tambun Bekasi, Jawa Barat, Dian Rosalina Sihotang, saat memberikan pembelajaran daring. Foto: Medcom.id/Ilham Pratama Putra

Pontang-panting Merancang Pembelajaran Daring

Citra Larasati • 17 November 2020 19:38

Nyaman setelah tiga bulan

Di waktu yang sama, Sela dan para guru lainnya juga masih harus datang ke sekolah. Proses pelatihan memahirkan berbagai aplikasi belajar masih terus berlangsung. Sebagai guru milenial dan lumayan menguasai teknologi, Sela kedapatan tugas membantu guru-guru lain memperlancar cara memasukkan bahan ajar, membuat soal, dan sebagainya.
 
“Memang sulit, kami lakukan bertahap. Tiga bulan pertama memang ujian terberat bagi guru, sekolah, juga anak-anak,” ujar lulusan Universitas Negeri Jakarta ini.
 
Kini saat memulai semester baru, tepatnya Juli 2020, sekolah, guru, siswa dan orang tua sudah lebih nyaman dengan PJJ. Sela dan guru-guru lain pun sudah mulai bisa berimprovisasi, tak lagi sekadar memberi tugas harian, namun juga bagaimana membuat PJJ utamanya yang digelar daring ini tak membuat siswa jenuh atau bahkan depresi.

"Karena kita tidak pernah tahu pasti kondisi anak. Kita harus mengontrol mereka, jangan sampai mereka stres. Saya pribadi sangat membuka diri. Bahkan di waktu libur saya suka kasih ide saja main game Among US sama mereka," kata dia.
 
Belum lagi memastikan bagaimana materi yang diajarkan benar-benar dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh siswa. “Setiap menutup laptop perasaan saya itu campur aduk. Apakah anak-anak memahami pelajaran yang saya sampaikan atau tidak,” tuturnya.
Pontang-panting Merancang Pembelajaran Daring
Muhammad Farrel Ritonga, siswa kelas 11 IPA I SMAN 1 Tambun. Foto: Medcom.id/Ilham Pratama Putra
 
Setali tiga uang dengan Sela, guru lain di SMAN 1 Tambun Bekasi, Dian Rosalina Sihotang juga mengalami hari-hari yang berat di awal penerapan PJJ. “Hari pertama cukup chaos, membuat kami cukup panik, jungkir balik,” kata guru Biologi ini.
 
Namun kemudian, kata Dian, seluruh guru dan kepala sekolah berpikir bahwa proses pembelajaran tidak boleh kalah oleh pandemi. Sekolah pun mengumpulkan wali kelas, bergegas membuat pola narahubung untuk menjembatani komunikasi antara sekolah dengan siswa, bahkan orang tua.
 




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan