Pertama, dunia terus berubah. Dari Unilateral, dari satu pusat kekuasaan dan dominasi itu adalah AS serta sekutunya. Dunia berubah menjadi multipolar. Kita melihat banyak kekuatan dunia baru yang muncul, tentunya saja Tiongkok, kemudian ASEAN di mana Indonesia termasuk di dalamnya. Kemudian Rusia dan juga di Amerika Latin, BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa), inilah bagian di mana dunia Barat tidak bisa menerimanya.
Karena kelompok ini (dunia Barat) sudah terbiasa untuk mendominasi dunia selama berabad-abad. Mereka mengumpulkan keuntungan dengan mengeksploitasi negara lain. Mereka mengeksploitasi dunia, seperti yang terjadi pada Indonesia. Kalian mengalami masa kolonial.
Mereka tidak ingin dunia berubah, yang mereka ingin lakukan adalah mempertahankan status quo dengan cara pemaksaan. Hal itu dengan cara mengancam. Itu yang mereka lakukan dengan Tiongkok. Tiongkok seperti Anda ketahui adalah partner strategis dari Rusia. Kami berbagi pandangan ini mengenai situasi global.
Ketika Presiden Putin hadir dalam pembukaan Olimpiade di Beijing. Dia melakukan pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan ada deklarasi bersama, pada pertemuan itu Tiongkok mendukung posisi Kami (Rusia) dalam isu jaminan keamanan. Kemitraan dengan Tiongkok bukan sebuah aliansi bukan persatuan politik, melainkan kemitraan yang didasarkan kesamaan pandangan tentang apa yang terjadi di dunia saat ini serta cara meningkatkan situasi demi menjaga kedamaian dan kestabilan. Ini termasuk di Asia Pasifik maupun di seluruh dunia.
Pandangan sama juga mengenai tata perilaku di dunia yang dikemukan oleh Barat. Kami sangat menentang pandangan barat ini. Itu menjelaskan mengapa setelah PD II, tatanan dunia baru didasarkan pada hukum internasional dan piagam PBB. Tidak ada yang salah dengan itu, kami pikir bahwa Piagam PBB dan hukum internasional adalah norman dan peraturan yang mendorong kami memastikan kestabilan dan perdamaian di dunia.
Sekarang dunia Barat berusaha mengubah hal itu dengan memperkenalkan pandangan tatanan dunia baru. Pertanyaan saat ini justru muncul mengenai siapa yang akan menulis tatanan ini. Apakah Rusia, apakah Tiongkok atau bahkan Indonesia, saya meragukan itu.
Rusia sangat berkomitman kepada Piagam PBB dan juga norma dan aturan hukum internasional.
7. Apakah menurut Rusia, PBB perlu direformasi?
Sejauh ini PBB menjadi pihak sangat penting dalam mengatai isu. Tetapi tentunya dunia sudah berubah. Mungkin saja PBB memperluas keanggotaan Dewan Keamanan (DK PBB).Tetapi semua negara harus setuju juga menegenai cara ini. Menjadi sebuah konsensus di dalam tubuh PBB. Jadi isu ini memang sensitif dan menjalani proses yang lamban. Pada akhirnya nanti, pasti akan reformasi tetapi hingga saat ini belum ada lembaga yang mekanismenya sebaik dengan PBB. Semua dalam mekanisme inklusif di mana dunia terwakili.
Kini dunia Barat tengah membentuk sebuah organisasi eksklusif seperti QUAD atau AUKUS yang pada akhirnya akan membentuk garis pembeda. Apakah kita perlu garis ini?