Pasukan Amerika Serikat (AS) mengawasi upaya evakuasi dari Afghanistan di Bandara Kabul. Foto: AFP
Pasukan Amerika Serikat (AS) mengawasi upaya evakuasi dari Afghanistan di Bandara Kabul. Foto: AFP

Dari Bush, Obama, Trump Hingga Biden, di Balik Kekacauan Afghanistan

Fajar Nugraha • 24 Agustus 2021 19:04

 
Banyak dari pembatasan Taliban yang jatuh, dan ribuan gadis dan wanita diizinkan untuk bersekolah dan bekerja. Tetapi Pemerintah Afghanistan, yang masih penuh dengan korupsi, membuat para pejabat Amerika frustrasi dan Taliban mulai bangkit kembali.
 
Pada saat yang sama, fokus bergeser di Washington ke arah perang lain, kali ini di Irak, yang menguras sumber daya dan perhatian militer dari Afghanistan. Pada saat Bush terpilih kembali pada 2004, jumlah pasukan di Afghanistan telah mencapai sekitar 20.000, bahkan ketika pengawasan dan perhatian diarahkan lebih tepat pada apa yang terjadi di Irak.

Tahun-tahun berikutnya dunia melihat peningkatan yang stabil dalam pasukan Amerika yang dikerahkan ke Afghanistan, terutama ketika Taliban mendapatkan kembali wilayah pedesaan di selatan. Ketika Bush meninggalkan jabatannya pada 2009, ada lebih dari 30.000 tentara AS yang ditempatkan di sana dan ujungnya Taliban melancarkan pemberontakan besar-besaran.

2. Barack Obama

Memasuki Gedung Putih pada 2009, Presiden Barack Obama menghadapi keputusan tentang perang yang diwarisinya dari Bush. Jenderal-jenderal top AS saat itu merekomendasikan ‘lonjakan’ dalam jumlah pasukan untuk melemahkan Taliban, yang melancarkan serangan-serangan pada tingkat yang lebih tinggi.
 
Setelah debat internal yang melelahkan, di mana Wakil Presiden Biden saat itu mengumumkan penentangannya terhadap penambahan tersebut, Obama akhirnya mulai mengerahkan puluhan ribu tentara lagi ke Afghanistan. Pada saat yang sama, dia berkomitmen pada jadwal penarikan yang akan mulai menarik pasukan kembali pada 2011 dan bersikeras pada standar dalam mengukur kemajuan dalam memerangi Taliban dan Al-Qaeda.
 
Obama mengatakan, dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa tambahan pasukan AS akan "membantu menciptakan kondisi bagi Amerika Serikat untuk mengalihkan tanggung jawab kepada Afghanistan." Namun kemudian, para pembantunya mengatakan Obama merasa dijejali oleh komandan militer yang mendorong strategi kontra-pemberontakan.
 
Pada Agustus 2010, pasukan AS di Afghanistan mencapai 100.000. Tapi itu di negara yang berbeda -,Pakistan,- di mana intelijen AS akhirnya melacak Osama bin Laden, yang tewas dalam serangan Navy SEAL pada Mei 2011. Tak lama kemudian, Obama mengumumkan dia akan mulai membawa pulang pasukan AS dengan tujuan menyerahkan melepaskan tanggung jawab keamanan kepada Afghanistan pada 2014.
 
Baca: Taliban Ingatkan Konsekuensi Jika AS Perpanjang Tenggat Waktu Evakuasi.
 
Selama tahun-tahun berikutnya, jumlah pasukan terus menurun karena AS terlibat dalam diplomasi penuh dengan para pemimpin Afghanistan. Pada awal masa jabatan keduanya, Obama telah mengadopsi pandangan terhadap negara yang disimpulkan oleh anggota timnya sebagai "Afghanistan cukup baik”.
 
Dari Bush, Obama, Trump Hingga Biden, di Balik Kekacauan Afghanistan
Warga Afghanistan melintas ke perbatasan menuju Pakistan. Foto: AFP
 
Hal tersebut menjadi sebuah pengakuan bahwa upaya untuk menumbuhkan demokrasi gaya barat sebagian besar tidak ada harapan, dan bahwa menghapus teroris serta menjaga Taliban tetap terkendali sama dengan batas peran Amerika Serikat.
 
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan