Pendekatan dari tiap-tiap Presiden Amerika Serikat menghadapi isu Afghanistan pun berbeda-beda. Inilah cara pendekatan setiap Presiden AS terkait perang terpanjang yang pernah dialami Amerika:
1. George W. Bush
Setelah serangan teror 11 September 2001, yang direncanakan oleh Al-Qaeda dari pangkalan-pangkalan di Afghanistan, Presiden George W. Bush bersumpah untuk membasmi terorisme global. Dia meminta Taliban -,yang menguasai sebagian besar Afghanistan saat itu,- untuk membebaskan para pemimpin Al-Qaeda yang bersembunyi di Afghanistan, termasuk Osama bin Laden.Ketika Taliban menolak seruan itu, Bush pun mengambil langkah perang. Kongres mengizinkan pasukan AS untuk mengejar mereka yang bertanggung jawab atas 9/11 pada 18 September 2001, meskipun anggota parlemen tidak pernah secara eksplisit memilih untuk menyatakan perang terhadap Afghanistan.

Seorang bayi dibawa dari kerumunan warga di Bandara Kabul, Afghanistan. Foto: AFP
Bush, dalam sambutannya di sesi gabungan Kongres dua hari kemudian, mengakui bahwa konflik yang akan datang akan menjadi "kampanye panjang yang tidak pernah kita lihat sebelumnya."
Namun, bahkan Bush tidak bisa memprediksi seberapa lama perang akan terjadi.
Pada 7 Oktober 2001, militer AS secara resmi meluncurkan ‘Operation Enduring Freedom’, dengan dukungan dari Inggris. Fase awal perang sebagian besar melibatkan serangan udara terhadap target Al-Qaeda dan Taliban. Tetapi pada November, 1.300 tentara Amerika masuk di negara itu.
Jumlah itu terus meningkat selama beberapa bulan mendatang ketika pasukan AS dan Afghanistan menggulingkan pemerintah Taliban dan mengejar bin Laden, yang bersembunyi di kompleks gua Tora Bora di tenggara Kabul. Osama bin Laden akhirnya menyelinap melintasi perbatasan ke Pakistan.
Baca: AS Percepat Evakuasi di Afghanistan Usai Taliban Beri Peringatan.
Bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya Bush terus mengirim ribuan tentara AS lagi ke Afghanistan untuk mengejar militan Taliban. Puncaknya pada Mei 2003, Pentagon mengatakan pertempuran besar di Afghanistan telah berakhir. Fokus AS dan mitra internasionalnya beralih ke rekonstruksi negara dan memasang sistem politik demokrasi gaya barat.