Ilustrasi: Kakbah dan Kota Mekah/ AFP Photo/Karim Shahib
Ilustrasi: Kakbah dan Kota Mekah/ AFP Photo/Karim Shahib

Mengenal Struktur Pemerintahan Kota Makkah Pra-Islam

Haji Haji 2019
Sobih AW Adnan • 24 Juli 2019 17:54
Jakarta: Sebelum Islam datang, Makkah lebih dikenal sebagai negara-kota. Akan tetapi, tradisi yang berlaku di dalamnya tetap berdasarkan kesukuan alias kabilah.
 
Yang menarik, Makkah sudah dikunjungi banyak peziarah jauh sebelum ibadah haji disyariatkan Rasulullah Muhammad Saw. Di sana, bangunan kakbah telah disucikan secara turun-temurun, meskipun masih ada yang menyertainya dengan kepercayaan terhadap berhala.
 
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam dalam As Sirah An Nabawiyah Li Ibni Hisyam menceritakan, akibat ketertarikan banyak pihak untuk datang ke lembah yang dikelilingi banyak gunung tersebut, penguasa setempat mulai menyadari pentingnya struktural dan tanggung jawab guna melayani para tamu yang berkunjung.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Suku Quraisy adalah penguasa pertama yang memikirkan perlunya pelayanan ekstra berupa jaminan keamanan bagi para pengunjung. Mulai saat itulah, di Makkah dibentuk banyak institusi demi meningkatkan fasilitas dan pelayanan," tulis Ibnu Hisyam.
 
Berbagi kewenangan
 
Tokoh yang mempelopori gagasan tersebut adalah Qushay bin Kilab. Leluhur Nabi Muhammad Saw ini membagikan tanggung jawab sesuai porsi dan kebutuhan para tamu Kota Makkah.
 
Baca:Mengapa Abrahah Ingin Sekali Menghancurkan Kakbah?
 
Menurut Ibnu Hisyam, saat itu didirikan lembaga perkotaan atau Nadwa. Di dalamnya, terdapat departemen-departemen khusus yang jarang dipakai dalam sistem kabilah lain. Di antaranya, Mashura atau dewan penasihat kota, Sadana (lembaga administrasi kota), Hijaba (satuan penjaga kakbah), Siqaya (departemen penyedia fasilitas air minum), Immarat al Bait (institusi pengelola kakbah), dan Ifada atau institusi yang memiliki hak untuk memberikan izin pada delegasi perayaan.
 
"Ada juga Ijaza, atau Nasi (lembaga perumus/penyesyuaian kalender), Qubba (tim penggalangan dana bencana), A'inna (satuan pengendali kuda), Rafada (lembaga penarik pajak dan penyalur amal bagi haji miskin), Asyar dan Asynaq sebagai penanggung jawab laporan keuangan kota, Hukuma (kepolisian), Sifarah (kedutaan), serta Uqab (lembaga standarisasi pelayanan)," tulis Ibnu Hisyam, masih dalam buku yang sama.
 
Baca:Cara Nabi Ibrahim Temukan Titik Kakbah dari Palestina
 
Pengaruh Rasulullah
 
Selepas Qushay wafat, nomenklatur masih dipertahankan. Malahan, putranya sendiri, Abdu Manaf, mengembangkan dan menahkodai departemen hubungan luar negeri. Sementara Hasyim, anak Abdu Manaf mengambil alih departemen urusan logistik bagi para tamu Allah Swt.
 
"Makkah terus merawat sistem kenegaraan berbasis kesukuan berupa kekuatan hubungan darah daging. Mereka belum mengenal negara-bangsa dengan perspektif yang lebih luas," tulis Ibnu Hisyam.
 
Baru setelah Nabi Muhammad hadir, pemahaman Makkah sebagai negara-kota luntur akibat cakupan dan daya tarik dakwah Rasulullah yang mampu melintasi sekat-sekat wilayah. Makkah, ditambah Madinah, lantas menjadi kesatuan negara besar yang banyak dirujuk sistem dan tradisi yang diberlakukan di dalamnya.
 
"Rasulullah Muhammad dikenal sebagai sosok sempurna, profesional, dan detail. Pada saat yang bersamaan, beliau bisa berperan sebagai 'mufti' karena membawa risalah Islam, sebagai kepala negara dan panglima perang, serta sebagai hakim dan juru damai, termasuk dalam urusan keluarganya secara internal," tulis Al Qarrafi dalam Anwar al Buruq fi Anwa'i al Furuq.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif