FITNESS & HEALTH

Makan Terlalu Banyak Protein? Waspadai 6 Efek Sampingnya!

Mia Vale
Senin 02 Juni 2025 / 20:24
Jakarta: Protein membantu membangun dan memperbaiki jaringan, mendukung pertumbuhan otot, dan penting untuk menurunkan berat badan. Ya, delain menyusun jaringan dan sel tubuh, protein juga berperan dalam produksi enzim dan berbagai hormon dalam tubuh, misalnya hormon pertumbuhan. 

Oleh karena itu, tubuh membutuhkan asupan protein dalam jumlah besar. Namun, seperti hal lainnya, terlalu banyak hal baik dapat menjadi berbahaya.

Baca juga: 5 Tanda Bila Tubuhmu Kekurangan Protein, Salah Satunya Sering Lelah

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan rekomendasi asupan protein harian melalui Angka Kecukupan Gizi. Asupan protein yang disarankan berbeda-beda pada setiap orang, bergantung pada usia dan jenis kelamin. 

Seperti, anak-anak (usia 1–6 tahun) 20–25 gram, anak-anak (usia 7–9 tahun) 35–40 gram, remaja 60–75 gram, orang dewasa 50–70 gram, wanita hamil dan menyusui 70–85 gram. Lantas, apa dampak bila kita berlebihan protein? Ini yang terjadi! 
 

1. Batu ginjal 


Pada orang yang sudah memiliki masalah ginjal, umumnya akan menghambat fungsi ginjal dan meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal, bila mengonsumsi terlalu banyak protein. 

Kelebihan protein dalam makanan sehari-hari, terutama dari sumber hewani, dapat memberi tekanan ekstra pada ginjal. Protein dapat meningkatkan jumlah zat seperti kalsium dan oksalat dalam urine, yang dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal. 
 

2. Penyakit jantung 



(Terlalu banyak protein bisa berdampak negatif pada kesehatan jantung, terutama jika proteinnya berasal dari sumber hewani. Asupan protein yang berlebihan, terutama yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Asupan protein hewani yang bersumber dari daging merah, daging berlemak, atau jeroan, juga banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol.

Oleh karena itu, menurut laman HealthShots, terlalu banyak mengonsumsi makanan berprotein tinggi yang bersumber dari hewan bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan stroke.
 

3. Peningkatan risiko kanker 


Penelitian telah menemukan bahwa asupan tinggi jenis protein tertentu, terutama daging merah dan olahan, dapat meningkatkan risiko kanker. Kanker seperti kanker usus besar, payudara, dan prostat telah dikaitkan dengan pola makan yang kaya akan protein hewani. 

Tapi bukan berarti harus menghindari semua daging, ya. Kuncinya, moderasi! Menambahkan lebih banyak protein nabati ke dalam pola makan dapat membantu menurunkan risiko.
 

4. Bau mulut 


Ini juga merupakan salah satu risiko kesehatan akibat mengonsumsi terlalu banyak protein dan menjalani diet rendah karbohidrat.

Saat tubuh memecah lemak untuk energi karena kekurangan karbohidrat, tubuh akan menghasilkan keton, yang dapat menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Namun, kamu dapat menghilangkannya dengan minum banyak air dan menjaga pola makan yang lebih seimbang.
 

5. Meningkatkan berat badan


Pola makan tinggi protein memang dapat membantu mengurangi berat badan dalam waktu singkat. Namun, efek jangka panjang dari pola makan ini dikatakan oleh dr. Kevin Adrian melalui Alodokter, justru bisa meningkatkan berat badan karena protein berlebih tersebut akan disimpan sebagai jaringan lemak. 

Lain halnya bagi atlet atau orang yang rutin melatih otot, pola makan tinggi protein dapat membuat massa otot bertambah sehingga berat badan juga ikut bertambah.
 

6. Osteoporosis 


Tulang yang kuat dan sehat perlu asupan protein dan kalsium yang seimbang. Namun, kelebihan protein juga bisa menyebabkan tubuh lebih banyak membuang kalsium. 

Berkurangnya jumlah kalsium dalam tubuh terbukti dapat membuat tulang keropos dan meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis. Jadi, pastikan untuk mengonsumsi jumlah protein yang direkomendasikan setiap hari.

Baca juga: Protein Whey dan Kondisi Rambut Rontok, Apakah Ada Hubungannya?

Yang harus diingat, pilihlah asupan protein dari beberapa sumber, baik hewani, seperti ikan, maupun protein nabati, seperti kacang dan biji-bijian. 

Selain itu, jalani gaya hidup dengan pola makan sehat dan bergizi. Bila mash ragu akan asupan rotein yang dilakukan atau memiliki penyakit tertentu, berkonsultasilah dengan dokter. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH