FITNESS & HEALTH

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum ke Psikolog atau Psikiater?

Mia Vale
Minggu 21 September 2025 / 17:07
Jakarta: Merasa gugup saat menjalani terapi itu wajar. Pasalnya, kamu sedang mengambil langkah besar untuk memperbaiki diri, memproses trauma, atau membuka diri tentang hal-hal yang belum pernah kamu ceritakan sebelumnya. Semua emosi ini wajar dan merupakan bagian normal dari proses terapi. 

Namun, bersiap dan mengetahui apa yang akan terjadi dapat membantu meredakan rasa gugup. Nah, daripada kamu "parno" sendiri akan apa yang terjadi selama konsultasi, ada baiknya, kamu mempersiapkan beberapa hal ketika akan bertemu psikolog atau psikiater. 

Baca juga: Kemenkes Kecam Tindakan Kekerasan pada Dokter di RSUD Sekayu

Dr. Elvine Gunawan, Sp. KJ lewat media sosialnya yaitu @elv_gun bagikan tipsnya sebelum bertemu dengan psikolog atau psikiater.
 

1. Siapkan catatan



(Menyiapkan catatan atau poin yang akan kamu utarakan pada psikolog atau psikiater adalah hal yang penting. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)

Saat berhadapan dengan psikolog atau psikiater untuk kali pertama, biasanya cerita atau omongan yang sudah kita siapkan akan "menguap" karena gugup. Untuk itu, dr. Elvine Gunawan, Sp.KJ, melalui akun Instagram miliknya, @elv_gun, menyarankan agar mempersiapkan catatan. 

Dengan membuat catatan, akan sangat membantu pada saat terapi. Isi catatan ini umunnya berisi catatan list trigger yang sering kamu rasakan.
 

2. Diary emosi


Selain catatan, kamu juga bisa membuat semacan "buku harian" yang berisi gambaran emosi kamu dalam sebulan. Kalau kamu malas menggunakan buku, kamu bisa menggunakan kalender yang ada di rumah. 

Misal, setiap hari kamu bisa memberikan emoticon senang, sedih, atau marah setiap hari. Setelah sebulan, kamu hitung, berapa banyak jumlah emoticon senang, sedih, atau marah yang terjadi setiap harinya.  
 

3. List pikiran negatif 


Seseorang yang trauma, umumnya suka memiliki pikiran negatif akan sesuatu hal. Dan ini bisa muncul ketika ada kejadian yang memicunya. Nah, kamu bisa membuat daftar pikiran negatif apa saja yang suka muncul di otak, ketika mengalami kejadian yang memicu kondisi tersebut.
 

4. List trauma


Trauma merupakan kejadian masa lalu yang membuat kamu tidak nyaman, tidak bahagia, tidak ingin mengingat lagi. Atau kalau sampai terjadi lagi dengan trauma yang sama, itu akan membuat kamu muncul muatan emosi atau pikiran negatif. 
Dengan membuat daftar trauma, kamu bisa mengungkapkannya saat bertemu dengan psikolog atau psikiater, sehingga tidak ada trauma yang tertinggal. 
 

5. Penurunan fungsi diri 


Saat seseorang mengalami trauma, biasanya akan berpengaruh pada dirinya. Tak jarang orang yang mengalami trauma akan menjadi penyendiri, malas berbuat apa-apa. 

Misal, yang tadinya rajin dandan jadi bodo amat dengan dirinya, tidak lagi merawat diri, malas ke salon untuk creambath, bahkan lebih banyak menarik diri dari keluarga dan lingkungan, tampilan diri menjadi tidak baik, konflik relasi yang sudah muncul. Nah, semua ini harus kamu catat untuk disampaikan kepada psikolog atau psikiater.
 

6. Merumuskan sumber stres


Akan lebih baik lagi kalau kamu bisa merumuskan apa saja yang menjadi sumber stres dan membuat kamu jadi tidak bahagia, dalam satu bulan terakhir. Tentunya pertemuan kamu dengan ahlinya akan menjadi lebih mudah untuk mencari solusinya. 

Baca juga: Kenapa Anak Membutuhkan Waktu Lebih Lama untuk Berpakaian?

Ingatlah, terapi merupakan proses kolaboratif, dan seorang terapis siap mendukungmu dalam perjalanan menuju kesehatan mental yang lebih baik. 

Dengan meluangkan waktu untuk mempersiapkan sesi, kamu bisa memastikan bahwa berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan. Mengambil langkah pertama menuju terapi adalah langkah berani dan penting menuju kesehatan mental yang lebih baik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH