Upacara panggih disaksikan oleh seluruh keluarga inti dan tamu khusus. Menurut budayawan Jawa Prie GS, Panggih berarti bertemu. Ini merupakan salah satu ritual puncak dari sebuah pernikahan.
"Secara filosofi, panggih mempertemukan dua perbedaan, mempertemukan dua jiwa dan heterogenitas agar jadi penguat satu sama lain," kata Prie di Gedung Graha Saba, Solo, Kamis (11/6/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Acara ini dimulai dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang merupakan sarana dari rangkaian panggih. Sesudah itu, akan dilanjutkan dengan balangan suruh, wiji dadi, ngidak endog, timbangan, kacar-kucur, dulangan, sungkeman dan kirab.
Prosesi awal balangan suruh dilakukan kedua pengantin secara bergantian. Makna dari balangan suruh adalah harapan semoga segala godaan akan hilang dan menjauh akibat dilemparkannya gantal oleh masing-masing pengantin.
Setelah balangan suruh, pengantin akan melakukan ngidak endog atau menginjak telur. Ini artinya pamor dan keperawanan sang wanita akan segera hilang setelah direngkuh oleh mempelai pria. Setelah bersatu, diharapkan segera mendapat momongan seperti telur yang pecah.
Wiji dadi menjadi proses selanjutnya dimana pengantin wanita membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang diberi bunga. Cuci kaki ini melambangkan suatu harapan bahwa benih yang akan diturunkan jauh dari marabahaya dan menjadi keturunan yang baik.
Timbangan dilakukan sebelum kedua pengantin duduk di pelaminan. Upacara ini biasanya dilakukan dengan cara ayah pengantin wanita duduk di antara kedua pengantin, pengantin pria duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Makna upacara timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin dapat selalu saling seimbang dalam rasa, cipta, dan karsa.
Kacar-kucur adalah prosesi dimana pengantin pria menuangkan bermacam barang seperti uang receh, beras kuning, bunga-bunga dari kantong kain, sementara pengantin wanita menerima dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuan. Ini bermakna bahwa mempelai laki-laki berhak memberikan nafkah lahir batin kepada mempelai putri dan sebaliknya pengantin putri dapat mengatur keuangan dan menjaga keseimbangan rumah tangga.
Dulangan merupakan suatu acara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin saling menyuapkan makanan dan minuman. Makna dulangan adalah keserasian dan keharmonisan dalam rumah tangga bisa saling memberi dan menerima.
Setelah itu, pengantin melakukan prosesi sungkeman yang bermakna mohon doa restu pada orang tua dan mertua agar dalam membangun rumah tangga mendapat keselamatan. Sebelum mulai sungkem, keris pengantin pria harus dilepas karena seperti prajuri mengadap raja harus menanggalkan senjata.
"Sungkeman gambaran kerendahan hati sesuatu di atas sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu superioritas semuanya lengkap dalam posisi keorangtuaan, ada yang tua melahirkan, dituakan, tua karena kepintaran. Jadi, semuanya terangkum dalam semuanya yang melahirkan, dituakan dan tua karena pintar. Ini posisi rendah hati dalam orang-orang yang lebih tua," tutur prie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(LOV)