Menurutnya, fetish pada dasarnya bisa dianggap sebagai variasi atau preferensi dalam hubungan seks seseorang. Namun dalam beberapa kasus fetish bisa mengarah ke hal yang merugikan diri sendiri dan orang di sekitar. Bila sudah seperti itu, fetish orang tersebut perlu menjadi perhatian.
“Kalau misalkan fetish itu sudah mengganggu dalam arti membuat orang stres dan cemas dan tak bisa fungsi layaknya orang pada umumnya di lingkungan sosial, maka fetish itu bisa dianggap sebagai gangguan mental. Tapi kalau misalkan stres atau keberfungsiannya di sosial masih aman maka fetish bisa dikatagorekian sebagai sesuatu yang tak apa. Hanya preferensi atau selera dalam kehidupan seksual,” jelasnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Bila sudah menjadi gangguan mental, fetish harus mendapatkan terapi dari profesional. Mereka yang memiliki fetish semacam ini bisa datang ke sexologist.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(TIN)