Mulai dari masalah kesehatan yang ringan hingga masalah kesehatan yang mengkhawatirkan masyarakat juga terjadi di sepanjang tahun ini. Berikut adalah beberapa hal yang terjadi di dunia kesehatan Indonesia selama 2015.
Beras Plastik
Pada bulan Mei dan Juni lalu, masyarakat sempat dihebohkan dengan munculnya isu peredaran beras plastik. Kasus ini diawali dari aksi pihak Kepolisian Sektor Bantargebang, Bekasi, yang menutup sebuah toko yang diduga menjual beras plastik kepada seorang penjual bubur di Mutiara Gading Timur, Dewi Septiani.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Penutupan itu sebagai tindak lanjut dari laporan Dewi dan kabar yang beredar di media sosial soal peredaran beras sintetis di Bekasi. Tidak hanya menutup toko, pihak kepolisian juga mengambil beberapa sample beras untuk diteliti.
Menurut penelitian dari PT. Succofindo di Bekasi, beras tersebut positif mengandung polyvinyl chloride yang merupakan bahan baku pipa plastik. Namun, di sisi lain, hasil pemeriksaan Polri dan enam laboratorium lain pada bulan Mei menyatakan tidak ada kandungan plastik dalam beras yang diuji.

(Diduga beras plastik/Antara/Ahmad S.)
Isu terkait beras plastik ini kemudian tidak hanya di Bekasi saja namun meluas hingga ke kawasan Jabodetabek yang membuat pihak terkait melakukan beberapa pemeriksaan terhadap berbagai jenis beras. Isu ini sempat membuat beberapa warga khawatir membeli beras di sembarang toko.
Pembalut Berklorin
Setelah kejadian beras plastik, tak lama kemudian pada bulan Juli beredar isu mengenai pembalut wanita yang mengandung klorin sangat tinggi sehingga dianggap berbahaya bagi kesehatan wanita.
Penelitian oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menunjukkan sebagian besar pembalut yang umum dan bermerek terkenal beredar di pasaran mengandung klorin yang membahayakan kesehatan. Pihak YLKI menyatakan klorin sangat berbahaya bagi kesehatan reproduksi perempuan karena bersifat iritatif, bahkan karsinogenik.
Berikut daftar kandungan klorin dalam sembilan pembalut yang dilakukan di laboratorium independen TUV NORD. Charm 54,73 ppm, Nina Anion 39,2 ppm, My Lady 24,44 ppm, Vclass Ultra 17,74 ppm, Kotex 8,32 ppm, Hers Protex 7,93 ppm, Laurier 7,77 ppm, Softex 7,3 ppm, dan Softness Standard Jumbo Pack 6,05 ppm.
Selain pembalut terdapat juga data kandungan dalam tujuh pantyliner seperti merek V Class 14,68 ppm, Pure Style 10,22 ppm, My Lady 9,76 ppm, Kotex Fresh Liners 9,66 ppm, Softness Panty Shield 9,00 ppm, CareFree Superdry 7,58 ppm, dan Laurier Active Fit 5,87 ppm.
Masalah ini membuat kaum wanita di Indonesia khawatir sekaligus kaget karena beberapa merek sebagian besar sudah digunakan sejak dulu.
Kabut Asap
Salah satu hal paling fenomenal tahun ini adalah bencana kabut asap. Bencana ini sudah terjadi sejak September hingga akhir Oktober lalu. Banyak lahan hutan mengalami kebakaran yang tak kunjung padam tan terus menyebar seperti di Sumatra dan Kalimantan.

(Bencana kabut asap/Antara/Ronny NT)
Bahkan, bencana kabut asap ini memberikan kerugian besar terhadap negara. Kerugian negara ditaksir mencapai lebih dari Rp200 triliun menurut laporan dari Menkopolhukam pada senin (21/12/2015).
Bencana kabut asap membuat banyak relawan kemanusiaan, aktivis lingkungan, dan juga dokter-dokter turun tangan ke wilayah bencana untuk memberi pertolongan bagi para korban.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPT) mencatat bahwa terdapat 10 orang meninggal diduga karena kabut asap termasuk seorang anak berusia 9 tahun. Sebanyak 503.874 penduduk terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan 43 juta penduduk terpapar asap. Data ini diambil sejak 1 Juli 2015 hingga 23 Oktober 2015 oleh BNPT.
Hepatitis A
Pada pertengahan Desember kemarin, warga Bogor dikejutkan dengan banyaknya mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terserang penyakit Hepatitis A secara hampir bersamaan.
Jumlah mahasiswa yang diperiksa kesehatannya mencapai ratusan orang dan pada 12 Desember 2015 mahasiswa IPB yang terkena penyakit Hepatitis A mencapai 28 orang.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek menduga jikalau menyebarnya penyakit Hepatitis A di kalangan mahasiswa IPB ini dikarenakan kantin yang tidak bersih atau seringnya para mahasiswa IPB mengonsumsi makanan sekitar kampus yang tidak bersih.
Bahkan, hingga 23 Desember, masih terdapat 15 mahasiswa yang harus menjalani masa inkubasi selama 15-50 hari dan sisanya sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

(Salah satu gedung di IPB/MTVN_Mulvi M)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(LOV)