(Foto: Instagram Dhian)
(Foto: Instagram Dhian)

Mengidap Hipertensi Paru, Wanita Ini Sudah Lupa Rasanya Bernapas Lega

Rona hipertensi paru
Nia Deviyana • 07 Mei 2017 12:46
medcom.id, Jakarta: Hipertensi paru dianggap penyakit langka karena cara mendiagnosanya sulit dan keluhannya tidak khas. Diperlukan pemeriksaan lengkap agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Pengidap penyakit ini akan merasa sulit bernapas, sakit di perut bagian kanan, mudah pusing, dan kaki menjadi bengkak.
 
Dhian Deliani, penderita hipertensi paru yang juga pengurus Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI) berbagi cerita kepada para wartawan tentang kehidupannya selama mengidap penyakit ini.
 
Ia mengaku sudah lupa bagaimana rasanya bisa bernapas dengan lega. "Kecuali di dekat tabung oksigen rumah sakit," kata Dhian mengawali cerita saat menjadi pembicara di seminar kesehatan di Jakarta, belum lama ini.
 
"Teman-teman kalau mau tahu gimana rasanya kami (penderita hipertensi paru) bernapas, coba ambil sedotan. Letakan di mulut, kemudian tutup hidung. Coba bagaimana rasanya kalau bernapas dengan sedotan. Begitulah yang kami rasakan setiap hari," ujar Dhian.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dhian mengaku sering merasa mudah lelah sejak kuliah. Namun, hal itu tak pernah ia anggap sebagai masalah kesehatan serius.
 
"Sudah dari zaman kuliah sering capek, naik tangga dikit capek. Tapi ya dipikir wajar saja. Namanya orang, pasti semua juga merasakan capek," kata dia.
 
Pada 2006, Dhian merasakan kondisinya mulai menurun. Dari pemeriksaan, selain mengetahui mengidap hipertensi paru, Dhian juga baru  mengetahui bahwa ia memiliki penyakit jantung bawaan yang merupakan salah satu pemicu hipertensi paru.
 
"Sejak saat itu ngapa-ngapain pun mudah sesak. Ngomong cepat sesak, mandi sesak, beribadah sesak."
 
Perawatan Hipertensi Paru
 
Penyakit hipertensi paru cenderung tidak bisa disembuhkan. Namun, pengobatan bisa membantu penderita untuk hidup lebih baik.
 
Selain berobat, Dhian disarankan dokter untuk menjalani pola hidup seperti tidak boleh minum air terlalu banyak. Maksimal 1,5 liter atau sesuai petunjuk dokter, Ini penting agar kerja paru tidak semakin berat.
 
Kedua, kurangi asupan garam. Sebab, garam mengikat air sehingga dapat memperberat kerja jantung.
 
Kemudian, hindari lemak jenuh, jangan terlalu banyak aktivitas dan memikirkan hal yang dapat memicu stres.
 
Berdasarkan data YHPI, prevalensi hipertensi paru di dunia berkisar 5-10 persen per 100 ribu penduduk. Sementara di Indonesia, yang tercatat sekitar 12.500-25.000 pasien.
 
Angka pasien di Indonesia kemungkinan lebih tinggi, mengingat ada banyak penderita penyakit kronis dan gagal jantung bawaan yang tidak terdeteksi. Secara penanganan, kendala yang sering dialami salah satunya menyangkut ketersediaan obat.
 
Dari 14 jenis obat yang ada di seluruh dunia, hanya 4 yang ada di Indonesia, dan baru 1 yang ditanggung BPJS.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(DEV)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif