"Metode penanganan infertilitas ada beberapa, selain bayi tabung juga ada metode inseminasi buatan. Bayi tabung lebih ditujukan untuk kasus infertilitas yang sangat sulit. Untuk yang lebih ringan bisa menggunakan inseminasi buatan, biayanya lebih murah," ujar dokter spesialis ginekologi dan onkologi dari Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah, Jakarta, Yassin Yanuar, pada acara temu media beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan perbedaan metode bayi tabung berbeda dengan inseminasi buatan.
Pada bayi tabung, sel sperma dari suami dan sel telur dari istri dipertemukan di laboratorium agar terjadi pembuahan. Embrio yang dihasilkan selanjutnya ditanam dalam rahim istri. Adapun pada inseminasi buatan, sel sperma suami yang sudah diseleksi disemprotkan ke dalam rongga rahim istri pada masa subur dengan tujuan memperpendek jarak tempuh sperma untuk mencapai sel telur. "Jadi, pembuahan untuk menghasilkan embrio terjadi secara alami.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
" Inseminasi buatan, lanjut Yassin, dapat mengatasi kasus infertilitas yang disebabkan beberapa faktor, antara lain endometriosis ringan, gangguan ovulasi, kondisi tertentu yang membutuhkan pencucian sperma seperti pada suami yang mengidap HIV, hepatitis B, dan hepatitis C, juga infertilitas yang disebabkan faktor suami, seperti sel sperma abnormal, gangguan ereksi, dan ejakulasi.
"Mengingat begitu banyak faktor penyebab infertilitas, pemeriksaan pendahuluan sangat diperlukan untuk menentukan cara penanganan yang tepat," imbuh Yassin. Penerapan inseminasi buatan dengan indikasi yang sesuai memiliki tingkat keberhasilan 10%-20%. Tingkat keberhasilan itu akan meningkat jika prosedur inseminasi buatan dilakukan selama beberapa siklus.
"Berdasarkan penelitian, angka kumulatif tingkat keberhasilan metode inseminasi buatan yang dilakukan tiga siklus sebesar 39% dan pada enam siklus sebesar 58%. Jadi, bisa setara metode bayi tabung.
" Ia menjelaskan, peningkatan angka keberhasilan itu terjadi karena pada setiap siklus dilakukan 'pembenahan' pada pihak istri maupun suami sesuai masalah yang ada.
"Misalnya, hormonal istri dibenahi, asupan gizi diperbaiki, semua itu akan memberikan efek kumulatif," kata Yassin. Jangan menunda-nunda Pada kesempatan tersebut, Yassin mengingatkan agar penanganan masalah infertilitas jangan di tundatunda sebab faktor usia turut menentukan tingkat keberhasilan.
"Semakin tua, kualitas dan kuantitas sel telur pada perempuan akan terus menurun seiring bertambahnya usia," saran Yassin. Ia menambahkan, secara medis, pasangan suami istri digolongkan infertil bila sudah menikah dan melakukan hubungan seksual teratur tetapi tidak kunjung memiliki anak dalam waktu setahun. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)