Forum Riset Life Science Nasional (FRLN) 2018 - - Foto: dok Bio Farma
Forum Riset Life Science Nasional (FRLN) 2018 - - Foto: dok Bio Farma

Bio Farma Percepat Penemuan Vaksin & Produk Life Science Baru

Rona bio farma
Desi Angriani • 19 September 2018 16:15
Jakarta: PT Bio Farma (Persero) terus melakukan upaya percepatan dan kemandirian dalam pengembangan produk biopharmaceutical dan vaksin baru melalui Forum Riset Life Science Nasional (FRLN). Hal ini sesuai dengan Instruksi Presiden No 6 Tahun 2016 mengenai Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
 
Direktur Riset dan Pengembangan Bio Farma, Adriansjah Azhari mengatakan pihaknya mengumpulkan peneliti - peneliti level nasional dari seluruh Indonesia guna membangun sinergi antara Pemerintah, Perguruan Tinggi, Industri serta Komunitas pendukungnya, sebagai upaya agar vaksin dan biopharmaceutical buatan dalam negeri dapat segera terwujud.
 
"Untuk mempercepat hilirisasi dan komersialisasi produk biopharmaceutical dan vaksin, Bio Farma memerlukan kerjasama dan juga dukungan dari berbagai pihak baik dari Pemerintah termasuk regulator, peneliti - baik peneliti yang berasal dari akademisi, lembaga riset, maupun komunitas," ujar Adriansjah dalam keterangan tertulis Rabu 19 September 2018.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Menurutnya, masyarakat layak kagum dan bangga dengan prestasi para peneliti life science di Indonesia. Sebab, di tengah berbagai keterbatasan yang ada, para peneliti yang tergabung dalam FRLN ini akan meluncurkan prototipe kit HbsAg dan dan kit antiHBsAg yang masing - masing memiliki fungsi  untuk mendeteksi virus HbsAg dan mendeteksi keberhasilan imunisasi.
 
"Kit tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Bio Farma, & ITB, serta merupakan penelitian lanjutan dari Konsorsium Hep B yang terdiri dari Lembaga Eijkman, ITB, BPPT dan Bio Farma," imbuh dia.
 
Peneliti Senior Bio Farma sekaligus Ketua FRLN 2018 Neni Nurainy menjelaskan kit HbsAg merupakan temuan konsorsium riset Hepatitis B yang memiliki keunggulan dibanding kit diagnostik tipe screening yang ada di pasaran, yakni mampu mendeteksi titer virus secara kuantitatif.
 
"Sehingga hasil diagnosa yang didapat akan lebih akurat menggambarkan kondisi pasien yang diperiksa dibanding kit screening yang hanya memberi hasil positif dan negatif," ungkap Neni
 
Ia pun berharap kehadiran kit diagnostik asli buatan negeri bisa menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat untuk melindungi diri dari ancaman infeksi Hepatitis B yang pada 2017 diperkirakan menginfeksi 7,1 persen dari penduduk Indonesia.
 
Meski demikian, para peneliti menemui kendala utama berupa ketersediaan pendanaan jangka panjang atau multi years untuk kelanjutan riset dari awal sampai menghasilkan luaran berupa produk. Untuk mengatasi kendala tersebut,  pembicara dari Kemenristek Dikti, Kemenkeu, dan LPDP selaku pengelola dana penelitian milik negara bakal dihadirkan dalam forum FRLN 2018
 
"Pendanaan penelitian untuk Konsorsium masih competitive based dan terkadang persyaratan administrasi yang tidak terpenuhi. Kami mengharapkan Konsorsium riset yang telah terpilih secara kompetitif akan mendapat pendanaan jangka panjang hingga menghasilkan produk," jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(Des)


social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif